Gereja diutus oleh Kristus untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah
Gereja diutus oleh Kristus (AG 5)
Dasar perutusan Gereja adalah Yesus Kristus. Perutusan
Gereja bersifat ilahi, seperti dirumuskan GS 89:”berdasarkan perutusan
ilahi-Nya, Gereja mewartakan Injil serta menyalurkan kekayaan rahmat kepada
semua orang”. Dasar perutusan Gereja adalah perutusan Putera dan Roh Kudus
menurut rencana Bapa (AG 2-6). Dalam LG 17 dikatakan bahwa tugas perutusan
Gereja berasal dari perintah Kristus. Perintah ini diterima oleh Gereja dari
pewartaan para Rasul (Mat 28,19-20). Perintah Kristus akan perutusan Gereja ini
juga didasarkan pada perutusan-Nya sendiri (Yoh 20,21). Berdasarkan Roh Kudus
pula Gereja melaksanakan perutusan-Nya . AG 2 menegaskan bahwa sifat misioner
Gereja adalah Trinitaris artinya bersal dari perutusan Putera dan Roh Kudus
menurut rencana Bapa. Pewartaan itu harus dilaskanakan sampai keujung bumi (Kis
1:8). Secara hirarkis dapat digambarkan bahwa perutusan Gereja sebagai berikut:
Allah Bapa mengutus Putera, Putera mengutus para Rasul (cikal bakal Gereja),
Gereja atas dorongan Roh Kudus melaksanakan perutusannya.
Pertanyaan lebih lanjut adalah bagaimana perutusan Putera
oleh Bapa itu dilaksankakan sehingga menjadi titik pijak bagi Gereja untuk
melaksanakan perutusannya? Yesus melaksanakan perutusan-Nya dalam sabda, karya
serta wafat dan kebangkitan-Nya. Pokok pewartaan Yesus adalah Kerajaan Allah.
Yesus mewartakan Kerajaan Allah yang akan datang dengan segera (Mrk 1,15).
Mengapa Gereja diutus oleh Kristus? AG 5 mengatakan,
“Kristus mendirikan Gereja sebagai sakramen keselamatan.” Dengan demikian Yesus
mempunyai maksud dalam mendirikan Gereja yaitu untuk mengantar semua orang dan
bangsa kepada iman, kebebasan dan damai dalam Kristus. Dengan kata lain Kristus
mendirikan Gereja agra semua orang dibawa kepada keselamatan. Dengan maksud itu
pulalah Kristus mengutus Gereja. Gereja diutus oleh Kristus supaya melanjutkan
apa yang menjadi pewartaan Yesus sendiri.
Apa tugas perutusan Yesus? Sebagaimana perutusan Putera
yaitu mewartakan Injil Kerajaan Allah, demikian pula Gereja mendapat perutusan
yang sama. Gereja diutus oleh Kristus untul mewartakan Injil Kerajaan Allah.
Kerajaan Allah merupakan simbol yang diambil dari kehidupan politik (Mzm 72).
Simbol ini mengungkapkan relasi antara Allah dan manusia. Dari pihak Allah:
Kerajaan Allah adalah Allah yang mewahyukan diri dan memberikan diri kepada
manusia. Dari pihak manusia, Kerajaan Allah adalah situasi dimana manusia
mengalami Allah yang merajai kehidupan.
Gereja diutus mewartakan Injil Kerajaan Allah
Perutusan Gereja bersifat universal (LG 1). Gereja menerima
perutusan ilahi yang dipercayakan kepada pada Rasul (LG 20), untuk menyinari
dunia dengan amanat Injil (LG 5; GS 41; GS 92) dan untuk menampakkan serta
menyalurkan cinta kasih Allah terhadap semua orang dan segala bangsa (AG 10).
Perutusan Gereja bersifat religius, manusiawi dan menyangkut keselamatana
rohani dan jasmani (GS 11, 42, 89, AA 5-6). Untuk menjalankan perutusannya
Gereja menggunakan sarana-sarana dan upaya-upaya jasmani (LG 8, GS 76).
Kalau Gereja mewartakan Injil Kerajaan Allah, artinya
Gereja berpatisipasi dalam perutusan Putera yang mewartakan Injil Kerajaan
Allah. Isi Injil Kerajaan Allah adalah Kristus yang mewartakan kedatangan
Kerajaan Allah (LG 5) sekaligus yang juga tanda Kerajaan Allah, karena dalam
diri Yesus mulailah Kerajaan Allah itu (DV 17). Ada empat aspek yang dapat
dilihat dari pewartaan Gereja ini:
1. Pewartaan
Kerajaan Allah bertitik tolak dari situasi dosa dan penderitaan. Maka
mewartakan Kerajaan Allah berarti mewartakan pembebasan manusia dari situasi
negatif tersebut. Pembebasan ini tidak menyagkut aspek rohani saja, tetapi juga
yang jasmani. Maka pewartaan Kerajaan Allah menyagkut tindakan politis (publik
dan kemasyarakatan). Aspek ini disebut dengan aspek soteriologis.
2. Pewartaan
Kerajaan Allah menyangkut pewartaan bahwa Allah adalah Bapa bagi semua orang
(Mat 5,45). Pengakuan ini mengandung panggilan Gereja untuk menerima semua
orang sebagai saudara dalam keluarga Allah. Maka Gereja mewartakan Kerajaan
Allah sama halnya dengan mewartakan suatu persaudaraan sejati antar manusia.
Aspek ini disebut aspek teologis.
3. Pewartaan
Kerajaan Allah merupakan suatu proses dinamis dan tidak akan pernah selesai.
Proses ini menuju kepada kepenuhannya pada akhir zaman. Ini merupakan aspek
eskatologis.
4. Pewartaan
Kerajaan Allah berhubungan erat dengan Yesus Kristus. Dalam terang dan kekuatan
Kristus kita bisa terbuka terhadapa segala gerak yang meringankan penderitaan
orang tanpa pandang bulu. Ini aspek kristologis.
Panjang amat
ReplyDelete