Theology,Technology, and Philosophy, ENJOY!!

Saturday, January 12, 2013

Musik dalam Gereja


pict. source: www.henrystrobel.com

Di awal kitab Kejadian (Kejadian 4:21) telah ditunjukkan bahwa Allah adalah Pencipta musik dan menyukai musik. Allah-lah sumber inspirasi musik. Bahkan, Lucifer mewarisi potensi musik dari Allah. "Ke dunia orang mati sudah diturunkan kemegahanmu dan bunyi gambus-gambusmu; ulat-ulat dibentangkan sebagai lapik tidurmu, dan cacing-cacing sebagai selimutmu. Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putra Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa!" (Yesaya 14:11,12, bandingkan dengan Yehezkiel 28:12).
Pada zaman pemerintahan theokrasi, melalui para nabi, hakim dan imam, juga pada zaman raja-raja; Allah memberi porsi yang banyak terhadap musik. Raja Daud telah menempatkan musik secara istimewa: ada orang-orang tertentu yang digaji sebagai tenaga penuh untuk memuji Tuhan siang dan malam; ada jabatan dan aturan-aturan yang ditentukan untuk mereka, ditempatkan di bilik-bilik tertentu, dilengkapi dengan pakaian seragam dan alat-alat musik lengkap. "Inilah orang-orang yang ditugaskan oleh Daud memimpin nyanyian di rumah TUHAN sejak tabut itu mendapat tempat perhentian. Di hadapan Kemah Suci, yakni Kemah Pertemuan, mereka melayani sebagai penyanyi sampai Salomo mendirikan rumah Tuhan di Yerusalem. Mereka melakukan tugas jabatannya sesuai dengan peraturannya" (1 Tawarikh 6:31,32). "Dan inilah para penyanyi, kepala-kepala puak orang Lewi, yang diam di bilik-bilik dan bebas dari pekerjaan lain, sebab siang dan malam mereka sibuk dengan pekerjaannya" (1 Tawarikh 9:33).
Sangat menarik untuk disimak bahwa Alkitab menyebut 800 kali lebih hal-hal yang berkaitan dengan liturgi (tata cara kudus) dan musik:
  • Kelahiran seorang Putra dari seorang perawan disebut 2 kali
  • Misi disebut 12 kali
  • Pembenaran disebut 70 kali
  • Penyucian disebut 72 kali
  • Pertobatan disebut 110 kali
  • Baptisan disebut 80 kali
  • Menari disebut 5 kali
  • Bersorak disebut 65 kali
  • Mengucap syukur disebut 135 kali
  • Menyanyi disebut 287 kali
  • Bersukacita disebut 288 kali
  • Memainkan alat musik disebut 317 kali
  • Memuji disebut 332 kali
Hal ini tidak berarti bahwa doktrin-doktrin dasar tentang keselamatan tidak penting. Namun, angka-angka di atas menunjukkan betapa banyak, baik, dan sering seharusnya kita mengucap syukur atas keselamatan yang kita terima. Dan, seharusnya kita juga semakin mengenal Allah yang kita puji dan sembah. Rasul Paulus yang begitu hebat, dengan rendah hati senantiasa ingin mengenal Tuhan-nya lebih dalam lagi. "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya" (Filipi 3:10).
Pemazmur dalam Mazmur 100:1-4 menasihati kita untuk menghadap Tuhan dan masuk hadirat-Nya dengan musik dan pujian. "Mazmur untuk korban syukur. Bersorak-soraklah bagi TUHAN, hai seluruh bumi! Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai! Ketahuilah, bahwa TUHAN-lah Allah; Dialah yang menjadikan kita dan punya Dialah kita, umat-Nya dan kawanan domba gembalaan-Nya. Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya!"
Begitu pentingnya musik dalam gereja, sehingga tidak heran tokoh reformasi kita, Martin Luther, pernah berkata: "Next after theology, we give the greatest honor to music; let it be music, we will make it as sacred as it needs be." (Setelah theologia [doktrin/firman], mari kita beri penghargaan tertinggi kepada musik; biarlah ada musik, dan kita akan menguduskannya sebagaimana seharusnya.) Begitulah umat Tuhan dalam Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan zaman reformasi menempatkan musik. Bagaimana dengan kita sekarang? Apakah kita serius terhadap musik? Dan, apakah kita memanfaatkan musik secara positif dan menempatkannya sesuai proporsinya di dalam gereja?
Berikut adalah contoh liturgi pada umumnya yang rata-rata hampir sama di gereja-gereja.
  1. Votum dan salam
  2. Pujian dan penyembahan
  3. Doa syafaat
  4. Pengumpulan persembahan
  5. Pengakuan iman
  6. Kesaksian
  7. Paduan suara
  8. Pembacaan Alkitab
  9. Khotbah
  10. Saat teduh
  11. Warta jemaat
  12. Berkat rasul
Dari 12 susunan liturgi di atas, hanya satu yang diberikan khusus untuk Tuhan, yaitu nomor 2: pujian dan penyembahan (termasuk paduan suara). Sisanya untuk kepentingan jemaat sendiri.
Betapa sayangnya jika satu-satunya bagian liturgi yang dikhususkan untuk Tuhan terlalu singkat dan asal-asalan. Mungkin kita sering melihat ada jemaat yang tidak ikut menyanyi saat pujian dilantunkan. Buku pujian yang seharusnya digunakan sebagai panduan untuk menyanyi malah dipakai untuk berkipas-kipas. Bahkan, ada jemaat yang terlambat datang ke gereja, sehingga ia melewatkan waktu untuk memuji Tuhan. Ada pula jemaat yang hanya ingin mendengarkan khotbah. Yaitu khotbah yang baru dan bagus, yang ia harapkan. Apabila yang diharapkan meleset, ia pulang dari gereja dengan wajah yang murung karena merasa tidak mendapat apa-apa. Sebagai umat yang telah mendapatkan kasih karunia Allah, sudah sepantasnya kita tidak lagi memikirkan "apa yang akan kudapat", tetapi sebaliknya atau paling tidak seimbang memikirkan "apa yang akan saya berikan untuk Tuhan".
Firman Tuhan menasihatkan kita, "Sebab itu, marilah kita, melalui Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya" (Ibrani 13:15). Pemberian kita untuk Tuhan tidak hanya berupa kesaksian dan materi atau uang, tetapi juga dapat berupa "ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya". Tuhan akan menghargai pemberian kita itu sebagai korban syukur kita kepada-Nya. Ini kesempatan yang luar biasa, bukan?
Karena itu, berikanlah yang terbaik untuk Tuhan. Itulah yang dikehendaki Tuhan, "Biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah" (1 Petrus 2:5).
Dan, inilah maksud dan tujuan buku ini, agar kita semakin mengerti betapa hebatnya pujian dan penyembahan itu. Dengan demikian, kita dapat memanfaatkannya dengan baik dan tepat guna.
Judul buku:Pujian dan Penyembahan
Judul artikel:Pentingnya Musik di Gereja
Penulis:Andreas Christanday
Penerbit:Gloria Graffa
Halaman:11-16
(Sumber: http://gema.sabda.org/pentingnya_musik_di_gereja)

0 comments:

Post a Comment