Gereja Diwujudkan dalam communio dari paguyuban-paguyuban
Konsili Vatikan II merefleksikan karya Roh Kudus di dalam
Gereja dengan menggunakan gagasan communio.
Secara mendasar, communio berarti
persekutuan dengan Allah. Dalam, LG 2 dikatakan: “Berdasarkan pertimbangan yang
maha bebas dan rahasia, kearifan dan kebaikan-Nya, Bapa Abadi menciptakan alam
semesta, dan memutuskan untuk mengangkat manusia berpartisipasi dalam hidup
ilahi.” Sama seperti dalam mysterium
dalam judul bab 1 LG, begitu juga artikel 2 menekankan, bahwa Gereja sebagai communio berakar dalam keputusan Allah
yang abadi untuk menciptakan manusia dengan tujuan agar ia dapat memperoleh
kebahagiaan abadi dalam hidup ilahi, dalam communio
Allah Tri Tunggal sendiri.
Hal yang sama dapat kita temukan dalam konsitusi tentang
Wahyu: “Maka dengan wahyu ini Allah yang tak kelihatan (bdk. Kol 1:15; Tim
1:17), karena cinta kasihNya yang melimpah ruah, menyapa manusia sebagai
sahabat (bdk. Kel 33:11; Yoh 15:14-15) dan bergaul dengan mereka (bdk. Bar 3:38),
guna mengundang dan menerima mereka dalam persekutuan-Nya” (DV 2). Begitu juga
Ad Gentes a.3 menyebut “perdamaian dan persekutuan dengan Dia” sebagai alasan
Allah untuk melaksanakan karya keselamatan yang khusus.
Konstitusi pastoral Gaudium et Spes melihat “landasan yang
unggul martabat manusia terletak dalam panggilannya untuk bersatu dengan
Allah.” Maka baru dalam communio
dengan Allah itu manusia dapat mencapai kepenuhan hakikatnya.
Communio inilah
yang merupakan tujuan universal seluruh sejarah umat manusia, terlaksana secara
istimewa di dalam sejarah itu di dalam diri Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah
pengantara. Sebagai Putra Allah, Ia menerima kodrat manusia supaya dengan
demikian kita manusia dapat mengambil bagian di dalam kodrat ilahi. “Maka
melalui jalan inkarnasi sejati, Putra Allah berusaha menjadikan manusia
mengambil bagian dalam kodrat ilahi” (AG 3). Menurut GS 22 Putra Allah
seakan-akan mempersatukan diri dengan setiap manusia ketika Ia menerima kodrat
manusiawi dalam inkarnasi: “Karena di dalam jelma-Nya menjadi daging, Putra
Allah telah mempersatukan diri-Nya atas cara tertentu dengan setiap orang”.
Communio antara
Allah dan manusia yang diciptakan Yesus Kristus dalam hidup-Nya yang unik dan
historis-konkret, dilanjutkan oleh Roh Kudus yang berdiam dalam hati orang
beriman . Maka misteri Gereja adalah bahwa Roh dan melalui Kristus, kita
manusia memiliki jalan kepada Bapa dan boleh mengambil dalam ‘kodrat ilahi’,
dalam hidup communio Allah
Tritunggal.
Diwujudkan dalam
paguyuban-paguyuban
Melalui Sabda dan Sakramen manusia dipersatukan dengan
Allah dan dimasukkan ke dalam persekutuan para orang beriman. Persekutuan orang
beriman itu pada tempat pertama dan utama ialah jemaat setempat yang berkumpul
untuk merayakan ekaristi. Tetapi jemaat-jemaat setempat itu dipanggil untuk
ber-communio satu sama lain. Dengan
demikian terbentuklah Gereja universal sebagai communio antara Gereja-gereja setempat yang masing-masing dibangun
oleh Ekaristi sebagai komunio setempat.
Communio antara
jemaat-jemaat setempat diperlihatkan dan dijamin pada tingkat keuskupan oleh
persatuan para pastor bersama Uskup sebagai pastor utama dalam keuskupannya.
Komunio antara Gereja-gereja partikelir (keuskupan) diperlihatkan oleh para
uskup yang merupakan satu colegium
dengan Uskup Roma sebagai kepalanya. Perlu diperhatikan dengan seksama bahwa
bahwa kolegium para uskup bersama Paus disebut asas dan landasan kelihatan dari kesatuan, sebab pada
intinya kesatuan itu dijamin dan dan dilandasi oleh Allah Roh Kudus, Sang Pemersatu.
0 comments:
Post a Comment