AKU MEMBANGUN PERSAHABATAN DENGAN ORANG LAIN
Setiap orang
mengalami suatu perkembangan, yang antara seorang dengan yang lain bisa saja
berbeda. Termasuk pula perkembangannya dalam pergaulan dan rasa tertarik
terhadap lawan jenis. Rasa tertarik terhadap lawan jenis merupakan perkembangan
yang normal dalam diri setiap orang. Namun demikian, rasa tertarik terhadap
lawan jenis ini perlulah kita tata dan kendalikan secara bertanggung jawab.
Ketertarikan terhadap lawan jenis ini
merupakan langkah awal bagi seseorang untuk pada akhirnya sampai pada tahap
perkawinan. Ketertarikan terhadap lawan jenis, lama-kelamaan akan berkembang
dalam hal yang disebut “pacaran”.
Berpacaran
tentunya merupakan hak setiap orang, tetapi setiap orang perlu pula secara
bijaksana menentukan saat yang tepat bagi dirinya untuk memulai berpacaran.
Dengan kata lain, hendaknya setiap orang tidak dengan gegabah, sebelum waktunya
lalu melakukan pacaran, karena dikhawatirkan justru akan menghambat
perkembangan dirinya sendiri. Sebab berpacaran yang salah dan tidak bertanggung
jawab dapat mendatangkan bencana yang dapat merugikan diri sendiri, pacar,
keluarga bahkan masyarakat.
Masa pacaran
bertujuan untuk saling mengenal satu sama lain; yaitu untuk mengenal
kepribadiannya, segala macam kebiasaannya baik kebiasaan buruk maupun kebiasaan
yang baik, mengenal latar belakang keluarganya, latar belakang pendidikan dan
sebagainya. Biasanya pada masa pacaran, seseorang “memakai topeng” dalam arti
banyak hal yang menyangkut kepribadiannya yang asli ditutup-tutupi supaya tidak
mengecewakan pacarnya. Pada masa pacaran, hal-hal yang ditutupi inilah yang
hendaknya mampu untuk saling dikenali.
Ada beberapa
tahap dalam pergaulan dengan lawan jenis yang pada akhirnya sampai pada jenjang
perkawinan, antara lain:
Ø Tahap I adalah pergaulan biasa, dimana
setiap orang bergaul dengan siapa saja tanpa ada perasaan apapun.
Ø Tahap II Ada kemungkinan berlanjut pada tahap
Pacaran atau pada tahap persahabatan. Dalam tahap ini mulailah ada rasa
tertarik secara khusus pada lawan jenis (mulai pacaran). Namun demikian ada
pula yang mulai bergaul secara khusus sehingga terjalin suatu persahabatan.
Bisa jadi seorang sahabat pada akhirnya dapat menjadi pacar atau sebaliknya.
Ø Tahap III Pertunangan (khusus untuk
perkembangan dari tahap berpacaran).
Ketertarikan dan pacaran yang lebih diarahkan menuju jenjang perkawinan.
Pergaulan remaja
tidak hanya tertuju untuk berpacaran saja. Namun demikian secara khusus, remaja
dapat menjalin pergaulan secara khusus dengan orang-orang tertentu yang bukan
untuk berpacaran, inilah yang disebut dengan persahabatan. Manfaat dari
persahabatan antara lain: memungkinkan kita untuk mendapat perlindungan dari
sahabat, ada yang mau mendengarkan saat mengalami kedukaan, ada orang yang mau
mengerti akan dirinya, ada orang yang mau membantu dirinya, ada orang yang mau
diajak berbagi suka dan duka dan sebagainya. Persahabatan merupakan pergaulan
dengan orang lain yang lebih dalam dan lebih kental dibandingkan dengan
pertemanan biasa. Namun demikian, persahabatan yang kental dan mendalam itu
dapat pula menjadi retak atau bahkan hancur oleh hal-hal antara lain:
ketidakjujuran, egoisme, mencari keuntungan sendiri, tidak setia, sikap
pura-pura dan sebagainya.
Iman Kristiani
menawarkan prinsip-prinsip persahabatan yang lebih baik dari apa yang sering
dipahami oleh remaja. Hal itu dapat direfleksikan dalam persahabatan antara
Daud dan Yonathan dalam I Sam 18: 1-4 dan 20: 1-43. Dari kisah tersebut, ada
beberapa segi pandang ajaran iman Kristiani tentang persahabatan yaitu:
a)
persahabatan mengandaikan kejujuran dan keterbukaan
untuk saling membangun.
b) persahabatan
perlu didasari oleh kebenaran yang tidak dapat dikalahkan oleh ikatan apapun,
baik ikatan darah, ikatan fungsional maupun ikatan-ikatan lainnya.
Persahabatan
yang sejati adalah persahabatan yang sungguh-sungguh berorientasi (tertuju)
pada orang yang dikasihinya. Ciri-ciri persahabatan yang sejati adalah:
a)
persahabatan yang memampukan dirinya untuk berbuat
tanpa pamrih,
b)
berani meninggalkan dirinya sendiri demi sahabatnya
tidak hanya bersama dikala suka,
c)
tetap hadir terutama saat duka menimpa, dan
d) berani
berkorban segalanya demi sahabatnya.
Gambaran sahabat
sejati paling nyata ada dalam pribadi Yesus Kristus. Yesus telah membuktikan
diri-Nya sebagai sahabat bagi semua orang, terutama mereka yang hidup tanpa
harapan, menderita dan dikucilkan. Yesus adalah sahabat yang sejati, sebab Ia
berani berkurban untuk sahabat-sahabat-Nya, bahkan Ia menyerahkan nyawa-Nya
sendiri demi sahabat-sahabat-Nya. (Lih. Yoh 15: 13-15) Persahabatan sejati
tidak dibangun demi kesenangan pribadi dan untuk waktu yang sesaat saja.
Persahabatan sejati adalah persahabatan yang dilandasi iman akan Allah yang
lebih dahulu mengasihi dan menjadi sahabat manusia (Lih. Sir 6: 5-17).
Persahabatan
yang sejati dapat pula akan terpengaruh oleh hal-hal yang buruk seperti halnya
persahabatan biasa. Oleh karena itu, persahabatan yang sejati hendaknya selalu
kita usahakan untuk dikembangkan dengan cara antara lain:
a)
berusaha mengenal sang sahabat secara mendalam,
sehingga dapat sehati sejiwa, memahami harapan, kesulitan, kegembiraan dan
kesedihannya agar dapat membantu secara tepat,
b) refleksi
dan berdoa, agar apa saja yang kita lakukan dan dilakukan oleh sahabat dalam
persahabatan itu sesuai dengan kehendak Allah.
0 comments:
Post a Comment