Theology,Technology, and Philosophy, ENJOY!!

Tuesday, February 12, 2013

Etika Bisnis - Etika Terapan untuk Dunia Bisnis


Etika Bisnis
Etika Terapan utk Dunia Bisnis


Definisi
         Etika Bisnis: sebuah refleksi etis tentang dunia ekonomi. Refleksi ini ingin mencari norma atau nilai moral yang harus dipraktekkan atau harus dihindari
         Mengikuti model ekonomi, etika bisnis berada di dalam 3 tahap:
         - etika taraf makro: melihat aspek-aspek etis secara keseluruhan, masalah keadilan, kapitalisme, dll. à Eropa
         - etika taraf menengah: mempelajari masalah-masalah etis di bidang pengorganisasian perusahan, buruh, lembaga konsumen, perhimpunan profesi, dll.àJepang
         - etika taraf mikro: mempelajari masalah yg sifatnya individual, yakni soal tanggungjawab buruh-majikan, manager-bawahan, produsen konsumen, à AS, Kanada
         Tujuan Etika pada bisnis: memberi nilai-nilai moral agar pelaku bisni tidak terjebak utk menjadi “hamba” uang atau profit melainkan ekonomi dipakai utk menyejahterakan manusia

Sejarah Etika Bisnis
         Etika Bisnis sendiri lahir pada tahun 1970-an bersamaan dengan lahirnya ilmu-ilmu terapan lainnya di AS (mis, Bioetika)
         Etika ini lahir didahului oleh reaksi mahasiswa khususnya di Perancis (1968) yg menolak status quo (establishment), suasana perang Vietnam.
         Gerakan-gerakan pro kaum buruh dan menolak kerja sama antara militer dan industri terjadi juga di mana-mana
         Mahasiswa menolak kolusi antara militer dan industri karena industri lebih melayani kepentingan militer dari pada kepentingan umum.
         Industri juga dianggap sebg biang keladi yg merusak lingkungan hidup
         Puncak dari krisis itu adalah kasus “Watergate Affair” (perusahan membantu dana kampanye presiden) yg melibatkan Presiden Richard Nixon, “Lockheed Affair” (kasus korupsi komisi tentang pesawat)

Lahirnya Etika Bisnis
         Pd thn 1970 para etikawan mulai membahas tentang masalah moral dlm dunia bisnis
         Keterlibatan mereka itu diperkuat juga oleh keterlibatan para teolog untuk membicarakan masalah bisnis
         Norman E. Bowie mencatat bahwa bulan November 1974, ketika terjadi konferensi I tentang etika bisnis di Universitas Kansas oleh Philosophy Departement bersama College of Business, adalah lahirnya ilmu etika bisnis
         Konferensi itu langsung merekomendasikan pembentuk mata kuliah etika bisnis untuk menolong para manager dan ekonom memahami apa yang boleh dan tidak boleh di dalam menjalankan bisnis
         1980 etika bisnis sudah mempunyai kurikulum sendiri sebagai ilmu etika terapan. Etika bisnis mencapai status sebagai ilmu otonom dan digemari oleh mahasiswa
         Sekedar gambaran saja, pd thn 1987, di AS diberikan lebih dari 500 kuliah etikabisnis utk 40.000 mahasiswa
         1990 etika bisnis tidak terbatas pada dunia barat. Ia dipandang luas melampaui batas negara sejalan dg meluasnya bisnis itu sendiri
         Runtuhnya komunis semakin memperkokoh kedudukan liberalisme di dunia dan karena itu semakin urgen pula kebutuhan akan etika bisnis
         Kota2 di Asia juga mendirikan pusat etika bisnis atau konferensi tentang etika justeru di tempat2 bisnis terkenal seperti di Tokyo (1989), Kalkuta (1992) Hongkong (1997)
         Pendirian pusat etika bisnis ini ingin memperlihatkan bahwa moralitas sangat dibutuhkan oleh dunia bisnis. Bisnis tanpa moralitas merupakan penjajahan atau eksploitasi terhadap keadaan manusia itu sendiri
         Jaman kita ini, sering kali dunia bisnis lebih dihormat. Kesuksesan dalam bisnis, karena orang cepat menjadi kaya, dilihat sebagai pekerjaan yg terhormat.
         Namun di dalam sejarahnya, dunia bisnis dipandang hina, kotor dan tidak pantas bagi manusia
         Bisnis (perdagangan) dicurigai karena pasti tidak beretika.

Kebudayaan Yunani
         Bagi orang Yunani, dagang dan kekayaan tidak patut bagi seorang manusia yang terhormat. Bila ingin menjadi manusia terhormat, ia harus mencurahkan perhatiannya pada seni, ilmu pengetahuan (filsafat) dan membela negara
         Perdagangan hanya utk orang asing dan pendatang
         Plato dlm Undang-Undang: letak negara harus 80 stadia (14 KM) dari pantai supaya ia tidak terlibat dg perdangangan. Bisnis penuh ketidaksetiaan, penipuan, kurang ramah.
         Model ideal: negara agraris karena di dalam tidak ada perdagangan. Semua setara dan saling menghargai
         Bisnis akan membuat orang nafsu untuk memperoleh uang dg segala cara
         Aristoles: menerima bisnis sbg sebuah kegiatan. Namun bisnis ada 2 oikonomike tekhne (barter) dan khrematistike tekhne (dagang)
         Oiokonomike: tukar-menuka barang kebutuhan rumah tangga atau bisa memakai medium uang. Pertukaran ini dinilai wajar (natural) karena terjadi pertukaran yg sejajar dan saling menolong
         Khrematistike: tukar-menukar dg interese utk mencari kekayaan. Pertukaran tsb tidak seimbang karena yg satu memperdaya yg lain. Pertukaran ini sifatnya unnatural, bertentangan dg kodrat
         Yg ditolak Aristoteles adalah khrematistike uang keuntungan yg didapat bertentangan dg kodratnya sbg uang sbg alat penukar
         Hermes: dewa pelindung pencuri dan pendagang

Pandangan Kristiani
         KS melihat kekayaan sbg berkat namun orang kaya diminta utk memperhatikan janda, yatim piatu (Mzm 49:17-19, Mt 5:1-12 par: kotbah di bukit; Mt 19:24: orang kaya sulit masuk KA; Mt 6:24: kekayaan=mamon dan 1Tim 6:10: akar kejahatan) maka jangan menjadi hamba uang (Ibr 13:15)
         Perdangangan ditolak kalau sifatnya mencari keuntungan
         Pd jaman Patristik dan Abad Pertengahan perdagangan ditolak atau dicurigai karena sifatnya yg suka mencari keuntungan.
         Yg berdagang adalah orang Yahudi
         Agustinus: Pedangan berkelakuan tanpa dosa namun ia tidak berkenan di hadapan Tuhan à menjadi ekstrim pada abad sesudahnya: bisnis tidak pantas pada orang Katolik (bdk. Pengusiran pedagang di Bait Alah oleh Yesus)
         Sebelum Reformasi ada usaha utk menyatakan bahwa ada bisnis yg bermoral atau sekurang-kurang bersifat netral. Namun tetap dicurigai karena sifat esensi dari bisnis adalah profit (keuntungan)
         Namun ada jg usaha pemikiran yg positif dg melihat bahwa kualitas bisnis itu tergantung kepada orangnya. Yg menentukan moralitas adalah manusia bukan pd kegiatan itu sendiri, mis Thomas Aquinas
         Yg ditolak adalah bisnis yg menipu, curang  dan mencari keuntungan
         Sekurang-kurangnya harus dipandang sbg “tidak ada keberatan” atau “tidak berdosa” bila orang mencari keuntungan

Pandangan Reformasi
         Protestan: meneruskan konsep PL: kekayaan (atau keuntungan dari berdagang) dilihat sbg berkat dari Tuhan atas kerja keras seseorang
         Dalam berdagang orang bisa menjadi suci kalau ia mempraktekkan nilai-nilai injili (bekerja keras)
         Tesis Max Weber (1864-1920): kapitalisme di dunia ini didorong dan dipengaruhi oleh etos kerja Protestan: mengutamakan nilai kerja keras dan hidup asketis (pola hidup sederhana)
         Dalam hidup asketis: keuntungan dihemat dan dipakai utk modal lagi. Bila semua berlangsung baik maka dpt disimpulkan sbg berkat dari Allah

Bisnis Dewasa Ini
         Sikap negatif terhadap bisnis tetap berlangsung terus hingga saat ini: bisnis pasti hanya mencari keuntungan
         Karena itu sifatnya egois: mengejar kepentingan sendiri malahan di dalam persaingan bisa terjadi sesama dikorbankan demi keuntunganà sifat altruis (memperhatikan orang lain) hampir tidak mungkin di dalam bisnis
         Orang yg bekerja padanya tidak utk dibantu namun “dipakai” utk mengejar keuntungan
         Adam Smith (1723-1790): mengusulkan bahwa bisnis yg baik adalah bisnis yg mencari keuntungan namun TIDAK MERUGIKAN orang lain
         Tujuan bisnis jelas bukan berbuat amal (altruis). Ia mencari keuntungan namun ia ia tidak mencuri, menipu, manipulasi atau merugikan orang lain
         Minimal bisnis itu tidak kotor (atau tidak mempraktekkan hal-hal yg kotor)
         Kotornya bisnis karena adanya korporasi perusahan besar yg “memakan” perusahan kecil atau perusahan swasta lebih kaya dari kekayaan negaraà kekayaan mengusai negara
         Globalisasi: perdagangan lintas negara yg memakan dan menindas yg lemah karena perusahan mengharapkan laba yg bisa dipakai utk ekspansi perusahannya seluas mungkin
         Bisnis yg baik adalah bisnis yg membawa keuntungan
         Kolusi antara pebisnis dan penguasa (pemerintah)à menjadi kekuasaan yg menindas. Teori ini dikemukan oleh Lord Acton (abad 19): power tends to corrupt, absolute power corrups absolutely”
         Soalnya bagaiaman membatasi “kuasa” yg diciptakan oleh bisnis (dan penguasa) digunakan utk menunjang kesejahteraan bersama?
         Batasan moral: tidak semua yg bisa dilakukan (utk mencari keuntungan) boleh dilaksanakan


0 comments:

Post a Comment