Theology,Technology, and Philosophy, ENJOY!!

Tuesday, February 12, 2013

MANIFESTO KOMUNIS - Mengapa berjuang untuk revolusi yang tak terelakan?


MANIFESTO KOMUNIS
Masalah : mengapa berjuang untuk revolusi yang tak terelakan?

Teori Marx mengalami kesulitan serius dan kegelisahan yang tidak pernah bisa diatasi. Apakah masuk akal bagi Marx, mendorong kaum proletar untuk beraksi agar menghasilkan revoluysi yang penting dan tidak bisa dihindari, menurut hukum-hukum dialektika sejarah? Mengapa harus kaum komunias yang mendorong kaum proletar untuk beraksi agar menciptakan revoluis yang akan datang? Apakah pendekatannya tidak bisa ditawar-tawar lagi sehingga tidak ada kekuatan di muka bumi yang bisa menghentikanya? Untuk apa berjuang demi hal yang tidak bisa dihindarikan lagi?

Marx membangun pembedaan antara komunisme filosofis dan komunisme `nyata' pada sebuah sketsa umum perkembangan historis yang menempatkan komunisme sebagai sebuah `partai revousioner tertentu', bukan dalam dunia ide melainkan sebagai hasil yang niscaya dalam sebuah kondisi sosial tertentu. Dari skema inilah muncul kemudian konsep-konsep dasar tentang materialisme historis. Marx menyajikan penafsirannya tentang sejarah dengan sangat berbeda dari apa yang disajikan oleh filsafat Jerman dalam hal sejarah bergerak maju `dari bumi menuju surga' bukannya sebaliknya. Adalah dalam proses di mana manusia memproduksi alat material untuk penghidupannya, bagaimana mereka `bekerja di bawah pembatasan-pembatasan syarat-syarat dan kondisi-kondisi material tertentu yang tidak tergantung dari kehendak bebas mereka', itulah yang menentukan `pembentukan ide-ide, pandangan dan kesadaran'. `Moralitas, agama, metafisika, dan semua ideologi yang lain … dengan demikian tak lagi dapat mempertahankan tampilan kemandiriannya. Ide-ide tersebut tak punya sejarah, tidak memiliki perkembangan; tetapi manusia, yang mengembangkan produksi materialnya dan interaksi materialnya, mengubah, seiring dengan keberadaan nyata dirinya, pemikiran dan hasil-hasil pemikirannya'.[1]
Dalam penafsiran sejarah seperti itu, konsepsi Marx tentang komunisme `nyata' menjadi dapat dipahami. Ide-ide komunis bukanlah hasil logis dari sejarah filsafat, karena filsafat tidak memiliki sejarahnya sendiri. Kesadaran komunis muncul karena hubungan produksi borjuis yang tidak lagi mampu menampung perkembangan kekuatan-kekuatan produktif.[2]
Dalam perkembangan kekuatan-kekuatan produktif, muncullah suatu tahap di mana kekuatan-kekuatan produktif dan alat interaksi yang dihasilkan, di bawah hubungan-hubungan yang ada, hanya menyebabkan kerusakan, dan tidak lagi produktif tapi destruktif (mesin dan uang); dan sehubungan dengan ini muncullah sebuah kelas, yang harus menanggung semua beban masyarakat tanpa menikmati keuntungannya, yang, karena diasingkan dari masyarakat, terpaksa mengambil sikap penentangan yang paling kuat terhadap kelas-kelas yang lain, sebuah kelas yang membentuk mayoritas dari seluruh anggota masyarakat, dan dari mana muncul kesadaran akan perlunya sebuah revolusi yang mendasar.
Singkatnya, syarat-syarat material bagi komunisme adalah hal yang membangkitkan kesadaran komunis, yang akan mengakibatkan satu tranformasi sosial. `Bagi kami komunisme bukanlah suatu state of affairs [keadaan yang menentukan berlangsungnya peristiwa-peristiwa, pen.] yang harus dibangun, suatu hal yang ideal, di mana kemudian realitas harus menyesuaikan diri terhadapnya. Kami menyebut komunisme sebagai gerakan yang nyata, yang akan menghapuskan berbagai keadaan yang sekarang ada'.[3]
Dengan the German Ideology, Marx dengan pasti menolak konsep-konsep humanisme Feuerbachian yang mengasumsikan sifat manusia yang ideal, yang harus mengarahkan segala usaha untuk menempa ulang seluruh lembaga sosial. Sebaliknya, Marx menekankan pentingnya penyelidikan ilmiah yang objektif tentang dunia nyata, yang digabungkan dengan praktek politik untuk mengubahnya. Menyusul penemuan teori materialisme historis, Engels kemudian menulis,
Komunisme di antara orang-orang Perancis dan Jerman, Chartisme di antara orang-orang Inggris, kini tidak tampak sebagai suatu yang kebetulan saja, yang dapat saja tidak terjadi sama sekali. Gerakan-gerakan ini kini menampakkan dirinya sebagai gerakan dari kelas tertindas modern, yaitu proletariat, sebagai bentuk yang lebih atau kurang berkembang dari perjuangan yang secara historis memang diperlukan untuk melawan kelas berkuasa, yaitu borjuasi. Dan komunisme kini bukan lagi sebuah campuran, melalui khayalan, tentang sebuah masyarakat yang ideal sesempurna mungkin, melainkan sebuah pandangan terhadap watak, syarat-syaratnya, dan tujuan umum perjuangan dilancarkan oleh kaum proletariat `.[4]
Meskipun Marx dan Engels kini menyadari bahwa gerakan buruh sejatilah yang telah menarik keduanya pada komunisme, namun ideologi gerakan ini, bahkan ketika sudah menyebut diri sebagai komunis dan memandang perlu penghapusan kepemilikan pribadi, belum menunjukkan satu pandangan yang memadai terhadap masyarakat di mana mereka dimunculkan, dan tentang berbagai kemungkinan dan alat untuk mencapai tranformasi sosial itu. Terlebih lagi, Inggris ketika itu masih merupakan satu-satunya negeri di mana kapitalisme industri mutlak merupakan bentuk produksi material yang dominan, di mana pertanian hanya melibatkan separuh dari populasi pekerja, dan di mana bentuk-bentuk produksi perkotaan awal seperti kerajinan tangan dan manufaktur hampir semuanya telah dihisap kering oleh industri mesin. Pada 1830-an, di Inggris berkembang gerakan historis berwatak massa yang pertama, yang berbasiskan proletariat industri: Chartisme. Melihat fakta ini, Marx dan Engels pun memberikan dukungan yang konsisten terhadap orang-orang Chartis dan bermaksud untuk bekerja sama dengan sayap kiri Chartis, yang dipimpin oleh Ernest Jones dan Julian Harney.

REVOLUSI 1848

Marx menulis Manifesto dengan tergesa-gesa sebelum berangkat menuju Liga Komunis di London, yang kemudian mempublikasikannya sebagai sebuah risalah propaganda yang tampak seperti pergerakan hebat menuju revolusi yang sudah dekat. Manifesto dengan sangat jelas mengkristalisasi pemikiran Marx bahwa seperempat abad kemudian Marx dan Engels menulis: ”prinsip-prinsip umum yang diuraikan secara terperinci dalam dokumen secara keseluuruhan adalah benar, hari ini sampai kapan pun.” Meskipun ketika diterbitkan Manifesto susah dikenal oleh siapa pun, namun Marx dan Engels benar-benar telah merasakan datangnya revolusi. Sebelum manifesto diterbitkan pada Februari 1848, revolusi 1848 telah dimulai. Dalam beberapa minggu raja Prancis telah digulingkan dan revolusi 1848 mulai meledak di suatu negara dan menyusul di negara lainnya: Swis, Italia, Prancis Jerman, Hongaria.
Namun semua ledakan revolusi yang penuh pengharapan ini, dimana kelas menengah dan kelas pekerja bersatu, dikalahkan dan dihancurkan sebelum akhir 1848. Dalam sebuah publikasi Manifesto, pada 3 Maret 1848, Marx diberi surat peringatan yang ditandatangani Raja Belgia, untuk meninggalkan negara teersebut dalam jangka waktu 24 jam. Kemudian diteruskan dengan revolusionernya yang penuh dengan keputusasaan dan terbuang seperti yang telah kita saksikan, berakhir dengan pelarian Marx ke London pada 1849. Revolusi 1848 telah menjadi sebuah bencana, namun kekecewaan Marx membuat pendirian lebih kokoh bahwa persekutuan kaum proletar dengan elemen kaum borjuis tidak pernah akan berhasil; bahwa hanya sebuah revolusi penghancuran kaum borjuis oleh kaum proletar, yang dipimpin dan diorganisir oleh partai komunis ketika sejarah telah dianggap matang, yang akan berhasil dan bisa dipertahankan kemenangannya hanya dengan kediktatoran yang ”segera akan menghapuskan semua institusi”.[5]

Filosof, Proletariat dan Revolusi
Bagaimana melaksanakan emansipasi ini? Agama dapat saja dibongkar lewat krtik teoretis, tetapi kritik teoretis tidak dapat membongkar keterasingan yang berakar dalam struktur2 masyarakat itu sendiri. Bukan kritik teoretis agama, melainkan kritik praktis terhadap struktur-struktur masyarakat yang membuat manusia tersing, itulah yang perlu. Dari pertimbangan itu, Marx menarik  kesimpulan bahwa pembebasan manusia dari keterasingannya hanya dapat dilaksanakan lewat sebuah revolusi, revoluis yang sesungguhnya.
Apa syarat-syarat revolusi yang membebaskan manusia? Marx menegaskan bahw tidak mungkin revolusi itu disulut oleh filsafat semata. Revolusi membutuhkan unsur pasif, dasar material. Teori hanya dapat dilaksanakan  dalam rakyat sejauh teori itu merupakan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan rakyat. Tidak cukup bahwa pikiran mendesak ke pelaksanaan, realitas harus mendesak ke arah pikiran. Dengan kata lain: rakyatlah yang harus merasakan kebutuhan akan emansipasi, baru kemudian dia terbukan bagi kritik teoretik sang filosof.
Tetapi apakah rakyat akan merindukan revolusi? Jawabannya mudah. Kalau rakyat betul-betul ditindas, dia tentu ingin ber-revolusi, kondisinya memang belum matang.
Tetapi jawaban itu cukup bagi Marx. Marx tidak bicara tentang sembarang revolusi. Misalnya revolusi Prancis: revolusi itu memang membebaskan seluruh rakyat Prancis dari penghisapan kaum feodal, akan tetapi revolusi itu bagi Marx belum radikal. Revolusi Prancis hanya melahirkan struktur-struktur kekuasaan baru dimana borjuasi menjadi kelas berkuasa yang baru. Revolusi yang membebaskan amnusia secara radikal harus melahirkan masyarakat tanpa kelas yang berkuasa. Yang dipertanyakan Marx adalah syarat kemungkinan revolusi yang  manusiawi artinya radikal, tidak hanya politis.
Jawaban yang diberikan Marx tidak sederhana tetaapi fundamental kalau kita mau mengerti pikirannnya selanjutnya. Marx bertolak dari pengandaian bahwa revolusi akan menghancurkan kekuasaan yang dirasakan paling menindas. Tetapi apakah ada kelas yang tidak hanya ditindas oleh salah satu kelas saja, lalu melakukan revolusi melawan kelas itu, barangkali dengan koalisi melawan kelas lain yang merasakan penindasan yang sama, lalu menjadikan dirinya sendiri kelas berkuasa yang baru? Kelas yang dicari Marx mesti tertindas tidak hanay untuk sebagian tetapi total; dia mesti berlawanan tidak hanya dengan beberapa bagian masyarakat, tetapi dengan masyarakat seluruhnya. Dia tidak hanya mengalami macam-macam penghinaan, melainkan mesti kehilangan kemanusiaannya. Hanya kelas seperti itu yang dapat melakukan revolusi radikal yang mengemansipasikan manusia seluruhnya dan seluruh manusia, tanpa menciptakan struktur kekuasaan kelas atas yang baru atas kelas-kelas yang lain. marx merumuskan gagasan itu dalam sebuah kalimat panjang yang sangat terkenal: jadi di mana kemungkinan positif emansipasi Jerman? Jawabannya: dalam pembentukan sebuah kelas denga rantai-rantai radikal, sebuah kelas masyarakat borjuis yang bukan kelas masyarakat borjuis, sebuah glongan yang merupakan pembubaran semua golongan, sebuah lingkungan yang memiliki ciri universal, yang tidak mengklaim sebuah hak tertentu karena perlakuan yang diterimanya bukan ketidakadilan tertentu melainkan sang ketidakadilan, yang tidk hanya mengacu pada hak hostoris, melainkan hanya pada hak sebagai manusia, yang tidak berada dalam pertentangan sepihak dengan konsekuensi-konsekuensi, melainkan dalam pertentangan menyeluruh dengan penandaian-pengandaian kenegaraan  Jerman, akhirnya sebuah lingkungan yang tidak dapat mengemansipasikan semua lingkungan masyarakat dan dengan demikian mengemansipasikan semua lingkungan masyarakat; yang merupakan keadaan di mana manusia seluruhnya hilang, jadi hanya dapat menemukan dirinya dengan menemukan manusia seluruhnya. Pembubaran masyarakat sebagai golongan tersendiri itu adalah proletariat.
Untuk pertama kalinya proletariat muncul di sini sebagai penyelamat manusia. Proletariat akan membebaskan manusia melaui revoluisnya berdasarkan argumentasi yang murni filosofis dan jauh mendahului analisis sosial ekonomis. Proletariat dipahami sebagai kelas total karena tertindas total, dan oleh karena itu, apabila ia ber-revolusi akan ber-revoluisi secara total; artinya akan membebaskan masyarakat dari kelas-kelas, akan membebaskan manusia sebagai manusia.[6]


[1] www.pengkolan.net/ngelmu/sospol/indeks.php?nomor 37&sub_cat=evolusi 1848 dan perkembangan pemikiran#32, Lawrence & Wishart, edition, 1965, h. 37-38
[2] www.pengkolan.net/ngelmu/sospol/indeks.php?nomor 37&sub_cat=evolusi 1848 dan perkembangan pemikiran#32, Lawrence & Wishart, edition, 1965, h. 37-38
[3] www.pengkolan.net/ngelmu/sospol/indeks.php?nomor 37&sub_cat=evolusi 1848 dan perkembangan pemikiran#32, Lawrence & Wishart, edition, 1965, h. 47
[4] `On the History of the Communist League', MESW, h.437


[5] T. Z. Lavine, Marx: Konflik Kelas dan Orang yang Terasing, Penerbit Jendela, Yogyakarta, 2003,88-89
[6] Franz Magnis Suseno, Pemikiran Karl Marx, dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1999, 81-84

0 comments:

Post a Comment