Agama merupakan fenomen budaya dan bukan fenomen budaya
Budaya sering dipahami sebagai akronim budi dan daya;
artinya kurang lebih gerak (daya) pengungkapan diri yang keluar dari pemikiran
budi. Hasilnya adalah kebudayaan, salah satunya agama. Agama merupakan fenomen
budaya karena unsur-unsurnya merupakan ciptaan dan hasil karya manusia.
Komponen utamanya adalah emosi (rasa religius, dependensi) dan digetarkan oleh
cahaya Tuhan. Agama sebagai suatu sistem merupakan bagian kebudayaan, tetapi
Yang Transenden yang menjiwai dan membuatnya keramat bukanlah bagian kebudayaan
(Koentjaraningrat). Agama menjadi unsur budaya karena merupakan hasil budi
manusia dan diungkapan secara manusiawi. Namun demikian agama dibedakan dari
budaya pada umumnya karena agama mengungkapkan dimensi lain yang melampaui
dimensi manusiawi yakni dimensi transenden.
Untuk mengenal dan menyembah Yang Transenden, manusia perlu
mengembangkan pikiran dan kemampuannya, menjamin dari adat istiadat/tradisi
bangsa-bangsa, dari kebijaksanaan dan ajaran mereka, dari kesenian dan ilmu
pengetahuan mereka, dan dari kesenian dan ilmu pengetahuan mereka. Dengan kata
lain, segala sesuatu yang dapat merupakan sumbangan dipergunakan sampai pada
pengakuan akan kemuliaan Yang Transenden. Sikap manusia kepada-Nya diungkapkan
dalam bahasa dan kebudayaan yang ada.
Relasi manusia dengan Yang Transenden dihayati dalam
ekspresi-ekspresi simbolis sebagai fenomen kebudayaan, yakni sebagai tindakan
atau kegiatan manusia yang merupakan cerminan cipta, rasa dan karsanya. Dalam
arti tertentu agama, sebagai pelembagaan pengalaman religius dengan sistem
kepercayaan, ritus, simbol, aturan, ajaran/dogma merupakan fenomen
kebudayaan/tindakan manusia. Agama juga merupakan ungkapan budaya yang meliputi:
ide/gambaran, ritus, mitos, tindakan dan institusi.
Bentuk-bentuk fenomen budaya dalam agama:
1. Magi
Yakni
kepercayaan atau praktik dimana manusia yakni bahwa secara langsung mereka
dapat mempenagruhi kekuatan alam dan antar mereka sendiri, entah untuk tujuan
baik atau jahat, dengan usaha-usaha mereka sendiri dalam memanipulasi daya-daya
yang lebih tinggi.
2. Animisme
Dari
kata ‘anima’, jiwa. Animisme adalah suatu sistem kepercayaan yang menyatakan
bahwa jiwa itu abadi dan behwa segala sesuatu di dunia ini mempunyai jiwa. Yang
mempunyai jiwa adalah manusia, obyek-obyek alam, kekuatan-kekuatan alam dan
kelompok dewa-dewi, roh dll. Kepercayaan kepada jiwa mempunyai dua bentuk: a)
manusia punya jiwa yang akan tetap bertahan sesudah kematiannya b) kepercayaan
bahwa ada makluk berjiwa lainnya.
3. Animatisme/pra-animisme
Yakni
suatu sistem kepercayaan yang mengakui bahwa daya atau kekuatan supranatural
ada dalam pribadi tertentu: binatang, tumbuhan, atau obyek berjiwa.
4. Totemisme
Adalah
fenomen yang menunjuk pada hubungan-hubungan organisasional khusus antara suatu
suku bangsa/klan dengan suatu species hewan/tumbuhan tertentu. Species ini
dipandang sebagai pelindung kelompok atau telah diturunkan dari leluhur totem.
Kepentingan religius dari tindakan dan upacara totem adalah: pengaktualisasian
identitas totem dan kelompok. Maknanya: ketunggalan dengan kosmos, dan
partisipasi dengan totalitas kosmos.
5. Ur-monoteisme
Suatu
pandangan evolutif dalam agama tentang paham agama dalam satu Tuhan. Ada dua
macam paham dalam kepercayaan ini, yakni: a) eksplisit: pengakuan akan adanya
satu Tuhan dan tidak ada yang lain. b) implisit: pengakuan akan satu Tuhan yang
Tertinggi diantara tuhan-tuhan yang lan.
6. Panteisme: (pan: semua,
theos: allah) pandangan yang menyatakan Allah melebur di dalam alam dan menolak
unsur adikodratinya.
7. Pemujaan roh leluhur
Paham
yang memandang bahwa orang yang sudah mati, rohnya masih hidup dan tetapa
terlibat dalam kehidupan komunitas dengan bentuk lain. Arwah orang tersebut
diilahikan dan dianggap punya kekuatan.
8. Panentheisme:
seluruh realitas merupakan merupakan bagian dari keberadaan Allah.
9. Monisme
Kepercayaan
akan satu Yang Maha Tinggi, yang tidak punya batas-batas dan definisi-definisi,
sampai tak terkondisikan begitu saja. Namun dalam paham ini “Yang Tertinggi”
yang lain masih diakui ada (dewa-dewi, dll).
10. Yang Numinus
Yang
numinus adalah yang kudus, dalam arti kesucian moral sebagai suatu kategori
nilai. Obyek yang numinus adalah: misteri tremendun dan fascinosum.
11. Monoteisme
Kepercayaan
akan satu Tuhan, Yang Transenden, dan tidak mengakui adanya allah lain.
0 comments:
Post a Comment