Manusia Hidup dan Berkembang
Manusia
hidup.
Ciri khas dari makhluk hidup adalah kegiatannya.
Dalam diri manusia kegiatan itu nampak dalam: 1)kegiatan asimilasi: berkembang dan mengembangkan diri dengan cara
mengambil dari luar dan mengolahnya (makan, mencernak); kemampuan untuk tumbuh
dan berkembang. 2) pemulihan luka-luka:
ada mekanisme dalam dirinya sendiri untuk mengganti atau memperbaiki
kerusakan-kerusakan dalam dirinya. 3) kegiatan
reproduksi: yakni kemampuan melipatgandakan diri melanjutkan keturunan,
melestarikan jenisnya dengan macam-macam cara: pembelahan diri, perkwinan dan
pembuahan. 4)kegiatan reaktif-adaptif:
mengkondisikan dirinya terhadap pengaruh yang diterima dari lingkungannya,
misalnya terhadap cahaya, terhadap suhu dsb. Kemampuan bereaksi: artinya
menanggapi rangsangan-rangsangan dari luar secara aktif. Dari keempat kegiatan
diatas nampak tampak bahwa manusia sebagai makhluk hidup cenderung bergerak,
melangsungkan hidupnya dsb. Lebih lanjut, manusia mempunyai kecenderungan untuk
menyempurnakan diri (otoperfektif).
Setiap kenyataan atau pengada di dunia memiliki dua aspek yakni sebagai hasil
dari interaksi pengada-pengada lain di dunia dan sebagai hasil dari proses dan
pengolahan dirinya berhadapan dengan dunia. Pada setiap kenyataan itu terdapat
dua kutub yakni:
Kutub fisik yakni segala hasil interaksi dengan pengada-pengada
material atau substansi substansi material. Kutub mental yakni kemampuan untuk menilai, mengolah dan menyusun
hasil-hasil interaksi atau daya tangkap kutub fisik. Ciri kehidupan
sendiri dapat dibedakan empat taraf yakni:
a. Taraf Organik yakni taraf di
mana kutub fisik begitu dominan. Segala interaksi dan
perubahan dalam dirinya ditentukan oleh pengada-pengada di luar dirinya.
Peranan kutub mental belum nampak.
b. Taraf Vegetatif. Pada
taraf ini mulai nampak koordinasi dan subordinasi pada bagian-bagian (sampai
yang terkecil). Namun koordinasi dan subordinasi denga peran kutub mental
sebagai dinamisator masih sangat lemah. Sudah terdapat
pembaharuan namun masih sangat sederhana.
c. Taraf Sensitif. Pada taraf ini koordinasi dan subordinasi sudah menjadi lebih canggih. Unsur
pembaharuan sudah merupakan unsur pokok. Peranan kutub mental begitu dominan
sehingga koordinasi dan subordinasi dapat berlangsung secara teratur dan khas
sehingga tidak bisa dirombak dan diganti begitu saja.
d. Taraf Rasional. Pada taraf
ini koordinasi dan subordinasi sudah menyerupai masyarakat feodal. Kutub mental
sangat dominan dan terdapat suatu pusat pengatur di dalamnya yakni, Rasio. Rasio memiliki pola dan rencana yang dikoordinasikan pada bagian-bagian.
Pada taraf ini tiga taraf di bawahnya mendukung taraf yang lebih tinggi
sehingga menjamin kelangsungannya dan taraf yang lebih tinggi mengangkat taraf
yang lebih rendah.
Manusia berada pada taraf Rasional di mana taraf-taraf yang berbeda
disatukan dalam suatu koordinasi yang teratur dan rapi. Keberadaan manusia
dalam taraf ini sungguh membedakannya dengan pengada-pengada lain yang memiliki
taraf lebih rendah.
Manusia
berkembang.
Manusia adalah pengada yang dinamis dan berkembang. Salah satu sifat atau ciri
khas manusia adalah mewujudkan diri dalam perkembangan. Proses mewujudkan diri
dalam perkembangan inilah yang disebaut dengan dimensi kesejarahan manusia. Dimensi kesejarahan ini mencakup tiga dimensi waktu: masa sekarang, lampau dan depan. Heidegger menyebutnya dengan: 1) temporalitas. Masa kini adalah garis batas antara
yang sudah terjadi (masa lampau) dan apa yang belum terjadi (masa depan),
antara obyek ingatan dan obyek yang menjadi tujuan, antara apa yang sudah
diketahui dan yang belum diketahui. Masa kini (sekarang) selalu diatasi atau ditransendir
dan menjadi masa lampau. Aku mengubah masa lampauku menjadi obyek ingatan dan
aku mengubah masa depanku ke dalam masa kini melalui pembuatan keputusan,
perencanaan, proyek. Setiap ingatan akan apa yang sudah terjadi adalah suatu rekonstruksi masa lampau. Masa
lampau. Diriku yang sekarang berasal dari masalampau dan dunia lampauku.
Masa lampau itu telah membentuk data bagi diriku sekarang. Nilai yang telah
kuintegrasikan menjadi “sebab efisien” yang melahirkanku sekaligus memberi
citra diriku pada awal pembentukan masa kini. Masa depan. Masa depan diperuntukkan bagi masa kini. Ia hadir dan
hidup secara aktif dimasa kini memuat dasar yang akan diperkembangkan di masa
depan. Masa depan hadir sebagai antisipasi. Pada aspek lain
dimensi kesejarahan manusia bersifat
sosial. Bersifat sosial karena manusia membawa warisan dari generasi
sebelumya melalui berbagai institusi sosial. Manusia yang hidup pada masa kini
menjadi mediasi masa lampau dan masa depan.
Dua dari dimensi
kesejarahan manusia yang lain adalah: 2)
eksistensi manusia sebagai in-der-Welt- sein (Dasein), dan 3) menuju eksistensi
yang otentik. Heidegger selalu
menggunakan istilah Dasein setiap
kali beicara mengenai manusia. Secara harafiah Dasein berarti “Ada disana”,
“Being there”. Dasein menunjuk pada keterbartasan manusia tetapi sekaligus
perkembangan manusia. Isi dari analisis Dasein: a. Dasein menunjukkan bahwa manusia tidak pernah paripurna dalam
dirinya sendiri. “Bereksistensi” berarti berada dalam perjalanan. Manusia lebih
ditandai dengan kemungkinan-kemungkinan daripada oleh sifat-sifat permanen. b. Dasein digambarkan sebagai
“in-der-Welt-sein” (berada-di-dunia). Berada di dunia menunjukkan adanya
“concern” atau sorge yang melakukan
hubungan diri kita dengan realitas disekeliling kita (memproduksi,
mengkontruksi, memanfaatkan dan menikmati). c. Dasein tidak berada sendiri, tetapi bersama yang lain. Maka
dunia selalu merupakan dunia bersama. Manusia tidak mampu memahami dirinya
tanpa sekaligus memahami yang lain. Keberadaan
“disana” mencakup tiga unsur: 1) realisasi situasinya 2) pengertian 3)
wacana. Dalam menyadari situasinya manusia
menemukan dirinya sebagai “faktisitas”; ia terlempar di dunia: sudah dalam
keadaan tertentu dengan ciri tertentu tanpa kehendaknya. Pengertian diartikan sebagai kemampuan untuk “berhadapan dengan
suatu hal”. Wacana adalah dasar dari
bahasa, tetapi bukan bahasa itu sendiri. Wacana adalah ungkapan makna kenyataan
manusia sebagai ada-di-dunia. Menuju
eksistensi yang otentik. Dalam menghadapi dirinya dan dunianya manusia
mengalami kecemasan (angst).
Kecemasan bukan perasaan negatif, tetapi suatu situasi dimana manusia ditantang
untuk menghadapi keterbatasan dirinya yang diancam oleh ketiadaaan.
0 comments:
Post a Comment