Theology,Technology, and Philosophy, ENJOY!!

Monday, January 28, 2013

Manusia Hidup dan Berkembang

Manusia Hidup dan Berkembang


Manusia hidup. Ciri khas dari makhluk hidup adalah kegiatannya. Dalam diri manusia kegiatan itu nampak dalam: 1)kegiatan asimilasi: berkembang dan mengembangkan diri dengan cara mengambil dari luar dan mengolahnya (makan, mencernak); kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. 2) pemulihan luka-luka: ada mekanisme dalam dirinya sendiri untuk mengganti atau memperbaiki kerusakan-kerusakan dalam dirinya. 3) kegiatan reproduksi: yakni kemampuan melipatgandakan diri melanjutkan keturunan, melestarikan jenisnya dengan macam-macam cara: pembelahan diri, perkwinan dan pembuahan. 4)kegiatan reaktif-adaptif: mengkondisikan dirinya terhadap pengaruh yang diterima dari lingkungannya, misalnya terhadap cahaya, terhadap suhu dsb. Kemampuan bereaksi: artinya menanggapi rangsangan-rangsangan dari luar secara aktif. Dari keempat kegiatan diatas nampak tampak bahwa manusia sebagai makhluk hidup cenderung bergerak, melangsungkan hidupnya dsb. Lebih lanjut, manusia mempunyai kecenderungan untuk menyempurnakan diri (otoperfektif). Setiap kenyataan atau pengada di dunia memiliki dua aspek yakni sebagai hasil dari interaksi pengada-pengada lain di dunia dan sebagai hasil dari proses dan pengolahan dirinya berhadapan dengan dunia. Pada setiap kenyataan itu terdapat dua kutub yakni:
Kutub fisik yakni segala hasil interaksi dengan pengada-pengada material atau substansi substansi material. Kutub mental yakni kemampuan untuk menilai, mengolah dan menyusun hasil-hasil interaksi atau daya tangkap kutub fisik. Ciri kehidupan sendiri dapat dibedakan empat taraf yakni:
a. Taraf Organik yakni taraf di mana kutub fisik begitu dominan. Segala interaksi dan perubahan dalam dirinya ditentukan oleh pengada-pengada di luar dirinya. Peranan kutub mental belum nampak.
b. Taraf Vegetatif. Pada taraf ini mulai nampak koordinasi dan subordinasi pada bagian-bagian (sampai yang terkecil). Namun koordinasi dan subordinasi denga peran kutub mental sebagai dinamisator masih sangat lemah. Sudah terdapat pembaharuan namun masih sangat sederhana.
c. Taraf Sensitif. Pada taraf ini koordinasi dan subordinasi sudah menjadi lebih canggih. Unsur pembaharuan sudah merupakan unsur pokok. Peranan kutub mental begitu dominan sehingga koordinasi dan subordinasi dapat berlangsung secara teratur dan khas sehingga tidak bisa dirombak dan diganti begitu saja.
d. Taraf Rasional. Pada taraf ini koordinasi dan subordinasi sudah menyerupai masyarakat feodal. Kutub mental sangat dominan dan terdapat suatu pusat pengatur di dalamnya yakni, Rasio. Rasio memiliki pola dan rencana yang dikoordinasikan pada bagian-bagian. Pada taraf ini tiga taraf di bawahnya mendukung taraf yang lebih tinggi sehingga menjamin kelangsungannya dan taraf yang lebih tinggi mengangkat taraf yang lebih rendah.
Manusia berada pada taraf Rasional di mana taraf-taraf yang berbeda disatukan dalam suatu koordinasi yang teratur dan rapi. Keberadaan manusia dalam taraf ini sungguh membedakannya dengan pengada-pengada lain yang memiliki taraf lebih rendah.


Manusia berkembang. Manusia adalah pengada yang dinamis dan berkembang. Salah satu sifat atau ciri khas manusia adalah mewujudkan diri dalam perkembangan. Proses mewujudkan diri dalam perkembangan inilah yang disebaut dengan dimensi kesejarahan manusia. Dimensi kesejarahan ini mencakup tiga dimensi waktu: masa sekarang, lampau dan depan. Heidegger menyebutnya dengan: 1) temporalitas. Masa kini adalah garis batas antara yang sudah terjadi (masa lampau) dan apa yang belum terjadi (masa depan), antara obyek ingatan dan obyek yang menjadi tujuan, antara apa yang sudah diketahui dan yang belum diketahui. Masa kini (sekarang) selalu diatasi atau ditransendir dan menjadi masa lampau. Aku mengubah masa lampauku menjadi obyek ingatan dan aku mengubah masa depanku ke dalam masa kini melalui pembuatan keputusan, perencanaan, proyek. Setiap ingatan akan apa yang sudah terjadi adalah suatu rekonstruksi masa lampau.  Masa lampau. Diriku yang sekarang berasal dari masalampau dan dunia lampauku. Masa lampau itu telah membentuk data bagi diriku sekarang. Nilai yang telah kuintegrasikan menjadi “sebab efisien” yang melahirkanku sekaligus memberi citra diriku pada awal pembentukan masa kini. Masa depan. Masa depan diperuntukkan bagi masa kini. Ia hadir dan hidup secara aktif dimasa kini memuat dasar yang akan diperkembangkan di masa depan. Masa depan hadir sebagai antisipasi. Pada aspek lain dimensi kesejarahan manusia bersifat sosial. Bersifat sosial karena manusia membawa warisan dari generasi sebelumya melalui berbagai institusi sosial. Manusia yang hidup pada masa kini menjadi mediasi masa lampau dan masa depan.

Dua dari dimensi kesejarahan manusia yang lain adalah: 2) eksistensi manusia sebagai in-der-Welt- sein (Dasein), dan 3) menuju eksistensi yang otentik.  Heidegger selalu menggunakan istilah Dasein setiap kali beicara mengenai manusia. Secara harafiah Dasein berarti “Ada disana”, “Being there”. Dasein menunjuk pada keterbartasan manusia tetapi sekaligus perkembangan manusia. Isi dari analisis Dasein: a. Dasein menunjukkan bahwa manusia tidak pernah paripurna dalam dirinya sendiri. “Bereksistensi” berarti berada dalam perjalanan. Manusia lebih ditandai dengan kemungkinan-kemungkinan daripada oleh sifat-sifat permanen. b. Dasein digambarkan sebagai “in-der-Welt-sein” (berada-di-dunia). Berada di dunia menunjukkan adanya “concern” atau sorge yang melakukan hubungan diri kita dengan realitas disekeliling kita (memproduksi, mengkontruksi, memanfaatkan dan menikmati). c. Dasein tidak berada sendiri, tetapi bersama yang lain. Maka dunia selalu merupakan dunia bersama. Manusia tidak mampu memahami dirinya tanpa sekaligus memahami yang lain. Keberadaan “disana” mencakup tiga unsur: 1) realisasi situasinya 2) pengertian 3) wacana. Dalam menyadari situasinya manusia menemukan dirinya sebagai “faktisitas”; ia terlempar di dunia: sudah dalam keadaan tertentu dengan ciri tertentu tanpa kehendaknya. Pengertian diartikan sebagai kemampuan untuk “berhadapan dengan suatu hal”. Wacana adalah dasar dari bahasa, tetapi bukan bahasa itu sendiri. Wacana adalah ungkapan makna kenyataan manusia sebagai ada-di-dunia. Menuju eksistensi yang otentik. Dalam menghadapi dirinya dan dunianya manusia mengalami kecemasan (angst). Kecemasan bukan perasaan negatif, tetapi suatu situasi dimana manusia ditantang untuk menghadapi keterbatasan dirinya yang diancam oleh ketiadaaan.



0 comments:

Post a Comment