source: thecrazyaustralian.com |
KOMPETENSI DASAR
Siswa
mengenal Kitab Suci dan Tradisi sebagai tolok ukur tertinggi dari imannya
terhadap Yesus Kristus dan ajaran-Nya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir pelajaran,
siswa dapat:
1. menjelaskan
proses terjadinya Kitab Suci Perjanjian Baru;
2. menyebutkan
bagian-bagian Kitab Suci Perjanjian Baru;
3. menjelaskan
alasan membaca Kitab Suci (lih. 2Tim
3: 16-17);
4. membaca
Kitab Suci dengan baik.
PENDAHULUAN
Kitab
Suci Perjanjian Baru berisi tentang kesaksian dan renungan yang mendalam dari
umat Kristen perdana mengenai Yesus Kristus. Inti warta yang disampaikan di
dalamnya ialah bahwa Yesus sungguh-sungguh Tuhan dan Penyelamat. Beberapa orang
dipilih oleh Tuhan sendiri untuk menuangkan kesaksian-kesaksian tersebut ke
dalam bentuk tulisan. Bentuk tulisan mereka disebut Perjanjian Baru karena
berisi perjanjian antara Allah dan manusia yang terjadi di dalam diri Yesus dan
ditulis setelah Yesus bangkit. Disebut perjanjian karena menurut Alkitab
hubungan manusia dan Allah terjalin dalam bentuk perjanjian. Dengan perjanjian
dimaksudkan “hubungan khusus dan tidak biasa yang terjalin antara Allah dan
manusia”. Allah bersatu dengan umat manusia demi keselamatannya. Dengan
Perjanjian Lama dimaksudkan hubungan khusus yang terjalin antara Allah dengan
para Bapa Bangsa dan Umat Israel. Sedangkan Perjanjian Baru hubungan yang
terjalin antara Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus.
Perjanjian
Baru melanjutkan dan menyempurnakan Perjanjian Lama. Di samping itu, Perjanjian
Baru memang berisi tentang “Perjanjian Baru” (lih. Luk 22: 20), yang oleh Allah diikat dengan umat manusia
melalui Yesus Kristus. Artinya, perjanjian itu bersifat kekal, sebab hubungan
Allah dan manusia di dalam Yesus Kristus tidak pernah akan putus.
“Konsili
Suci mendesak dengan sangat semua orang beriman supaya sering kali membaca
Kitab-Kitab ilahi untuk memperoleh pengertian yang mulia akan Yesus Kristus
(Dei Verbum Art. 25). Santo Paulus pun dalam suratnya yang kedua kepada
Timotius mengatakan bahwa “segala tulisan yang diilhamkan Allah (Kitab Suci)
memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki
kelakuan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (lih. 2Tim 3: 26). St. Hironimus berkata “Tidak mengenal Kitab Suci
berarti tidak mengenal Kristus.”
Melalui
proses pembelajaran tentang Kitab Suci Perjanjian Baru, para siswa diajak untuk
mengenal Alkitab sebagai buku kesaksian iman sekaligus sebagai firman Tuhan
yang tertulis. Para siswa diberi masukan tentang proses terjadinya Kitab Suci
Perjanjian Baru secara garis besar. Kemudian, para siswa juga diajak untuk
mengenal pembagian Kitab Suci Perjanjian Baru. Akhirnya, para siswa diajak
untuk menyadari pentingnya mendalami sabda Tuhan dalam Kitab Suci.
MATERI PENJELASAN
Kisah dalam kutipan Injil
Markus (Mrk 1: 9-11) tentang YESUS DIBAPTIS OLEH YOHANES bukan suatu laporan, tetapi suatu kisah yang mempunyai arti
sangat mendalam. Kisah itu mau mengungkapkan iman umat perdana dan iman
pengarang Injil (Markus) sendiri bahwa:
- Yesus, Sang Mesias, mau dibaptis seperti orang lain yang datang kepada Yohanes Pembaptis untuk menyatakan kesetiakawanan-Nya kepada manusia. Yesus mau menerima pembaptisan itu sebagai saudara yang senasib dan sependeritaan dengan manusia.
- Dalam peristiwa yang mengharukan, di mana Yesus merendahkan diri sama seperti manusia lain untuk dibaptis oleh Yohanes, Allah sendiri telah melantik Yesus untuk menjadi Mesias. Kata-kata pelantikan itu berbunyi: “Engkau Anak yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.”
Jadi,
Yesus adalah Mesias, Putra Allah. Itulah iman umat perdana dan iman penginjil
(Markus) yang diungkapkan dalam kisah di atas. Kisah itu sudah sangat diwarnai
oleh iman mereka terhadap Kristus yang telah bangkit.
PENDALAMAN MATERI
Ketika
Yesus masih hidup tidak ada orang yang mencatat apa yang dibuat atau
dikatakan-Nya. Namun, sesudah Yesus bangkit, murid-murid dan pengagum-Nya yang
sangat terpukul oleh kematiannya, tiba-tiba mendapat semangat dan keyakinan
baru yang luar biasa. Kemudian, mereka mulai bercerita dan mewartakan tentang
diri Yesus dari Nazareth itu. Mereka begitu yakin bahwa Allah yang telah
membangkitkan Yesus, maka mereka menyetujui dan membenarkan segala apa yang
diajarkan-Nya dan dilakukan-Nya. Mereka mulai bercerita dan mewartakan tentang
Yesus, ajaran, dan tindakan-Nya. Tetapi, semua kisah yang ditulis itu sudah
sangat diwarnai oleh rasa cinta, rasa kagum, dan kepercayaan mereka terhadap
Yesus. Banyak kisah tentang Yesus beredar di antara pengikut-pengikut-Nya.
Sekitar
60 sampai dengan 90 tahun kemudian, muncullah pikiran di antara murid-murid
Yesus untuk menuliskan tentang Yesus (hidup-Nya, ajaran-Nya, dan tindakan-Nya).
Dengan bimbingan Roh Kudus, mereka menuliskan kisah tentang Yesus (hidup-Nya,
ajaran-Nya, dan tindakan-Nya). Mereka menulis tentang Yesus berdasarkan
cerita-cerita dari para pengikut-Nya dan para saksi mata yang sudah beredar dan
berkembang luas di tengah umat dan sudah sangat diwarnai oleh rasa kagum, rasa
cinta, dan iman mereka kepada-Nya (bdk.
Luk 1: 1-4).
Tulisan-tulisan
dalam Perjanjian Baru tersebut, misalnya Injil, bukanlah sebagai buku laporan
atau sejarah yang teliti, tetapi sebagai buku iman dan cinta dari umat perdana
tentang Yesus. Oleha karena itu, tulisan-tulisan tersebut dipengaruhi pula oleh
iman dan maksud dari pengarangnya. Oleh sebab itu, kita tidak perlu heran jika
tulisan-tulisan dari para penulis tentang Yesus tersebut terdapat perbedaan.
Sebab, mereka bukan menulis suatu laporan atau sejarah yang teliti tentang
Yesus, tetapi lebih tentang iman dan cinta mereka kepada Yesus Kristus.
Untuk
mengetahui proses terjadinya tulisan-tulisan mengenai Yesus, sebaiknya kita
mulai dari periode hidup Yesus sampai pembentukan kanon Perjanjian Baru.
Antara
tahun 7/6 S.M. – 30 Masehi: Periode Hidup Yesus.
Yesus
lahir kurang lebih tahun 7/6 Sebelum Masehi. Sekitar tahun 27 atau 28, Ia
dibaptis oleh Yohanes dan kemudian tampil di depan umum. Yesus tampil di depan
umum untuk melaksanakan tugas pewartaan selama kurang lebih tiga tahun. Yesus
berkeliling mulai dari Galilea sampai Yudea untuk mewartakan Kerajaan Allah
dengan perkataan dan perbuatan. Sampai akhirnya Yesus ditangkap dan dijatuhi
hukuman mati oleh Pengadilan Agama (Mahkamah Agama) dan disalib atas izin
pemerintah Roma (Ponsius Pilatus).
Antar tahun 30 - 120 Masehi:
Penyusunan Kitab Suci Perjanjian Baru.
Yesus
yang wafat disalib, ternyata dialami sebagai Tuhan yang hidup, yang
mengumpulkan kembali murid-murid dan memberi mereka daya hidup baru. Mereka
percaya bahwa Yesus telah bangkit. Dalam terang kebangkitan inilah para murid
mulai mewartakan Yesus, pertama-tama kepada orang Yahudi, kemudian berkembang
kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi. Para murid dengan penuh keyakinan mewartakan
bahwa Allah telah menjadikan Yesus yang wafat disalib sebagai Kristus, Tuhan,
Penyelamat, dan Hakim seluruh umat manusia. Mula-mula murid-murid Yesus hanya
secara lisan menyebarkan kabar tentang Yesus. Tetapi setelah jemaat berkembang,
mereka berhubungan satu sama lain melalui utusan dan surat-surat (bdk. Kis 15: 2-20). Para rasul dengan
alasan tertentu mengirim surat kepada jemaat atau orang perorangan (lih. 2Tes 2: 2).
Kemudian,
orang mulai menulis beberapa pokok iman yang paling penting dan beberapa cerita
serta sabda-sabda Yesus. Ketika generasi pertama Kristen mulai menghilang, para
murid/pengikut Yesus merasa terpanggil untuk menuliskan segala sesuatu yang berkaitan
dengan Yesus.
Dari
tulisan-tulisan tersebut berkembanglah karangan-karangan yang berupa Injil dan
Kisah Para Rasul serta Wahyu sebagaimana tercantum dalam Kitab Suci Perjanjian
Baru. Demikian pula, surat-surat dari para rasul mulai dikumpulkan.
Antara tahun 120 - 400 Masehi: Pembentukan Kanon (Daftar resmi Kitab Suci
Perjanjian Baru).
Banyak
karangan tentang Yesus yang beredar. Hal ini membingungkan umat beriman. Umat
sukar membedakan mana karangan yang sungguh menjadi pedoman dan mana karangan
yang palsu. Akhirnya, Gereja dalam kurun waktu tersebut menetapkan 27 kitab
sebagai kanonik, artinya diakui sebagai Kitab Suci.
Time line Perjanjian Baru. source: biblediagrams.com |
PENGELOMPOKAN KITAB SUCI PERJANJIAN BARU
Injil Kisah Surat-surat
Para
Rasul Paulus
1. Matius 1. Kisah Para
Rasul 1. Roma
2. Markus 2.
I Korintus
3. Lukas 3.
II Korintus
4. Yohanes 4.
Galatia
5.
Efesus
6.
Filiipi
7.
Kolose
8.
I Tesalonika
9.
II Tesalonika
10.
I Timotius
11.
II Timotius
12.
Titus
13.
Filemon
Surat Kepada Surat-surat Wahyu
Orang Ibrani Katolik
Surat Kepada 1. Yakobus
Orang Ibrani 2. I Petrus Kitab Wahyu
3. II
Petrus
4. I
Yohanes
5. II
Yohanes
6.
III Yohanes
7.
Yudas
Time Line New Testament - source:swartzentrover.com |
PENTINGNYA MEMBACA KITAB SUCI
Mengapa kita harus membaca dan mendalami sabda Tuhan yang terdapat dalam Kitab Suci?
- “Karena tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus.” Ungkapan ini berasal dari Santo Hieronimus untuk menegaskan bahwa sarana utama untuk dapat mengenal Kristus adalah Kitab Suci.
- Karena iman tumbuh dan berkembang dengan membaca Kitab Suci. Santo Paulus kepada Timoteus menegaskan: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan, dan mendidik orang dalam kebenaran.” (lih. 2Tim 3: 16-17).
- Karena Kitab Suci adalah buku Gereja, buku iman Gereja. Kitab Suci adalah sabda Allah dalam bahasa manusia. Gereja menerimanya sebagai suci dan ilahi karena di dalamnya mengandung sabda Allah. Dari sebab itu, Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi merupakan tolok ukur tertinggi dari iman Gereja.
- Karena melalui Kitab Suci, kita dapat semakin mempersatukan diri dengan saudara-saudara kita dari Gereja-Gereja Kristen lainnya.
Kitab Suci adalah firman Allah yang tertulis. Firman Allah itu dapat menjadi hidup apabila dibaca atau dibacakan dan didengar dengan iman. Firman yang hidup itu akan menjadi firman yang berdaya, karena dapat mengubah hidup manusia. Karena itu, firman Allah harus dihayati dan diwujudkan di dalam hidup nyata.
Alangkah baiknya jika kita masing-masing mulai membaca Kitab Suci. Membaca Kitab Suci dalam rangka membina sikap iman sebenarnya hanya ada dua syarat, yaitu:
- Pertama: Iman dan keyakinan bahwa Kitab Suci (Alkitab) bukan surat kabar atau cerita pendek, melainkan Kitab yang dipakai Tuhan untuk berfirman. Oleh karena itu, membaca Kitab Suci harus dengan sikap iman dan dalam suasana doa.
- Kedua: Ketekunan dan membiasakan diri membaca Kitab Suci. Bila orang membiasakan membaca Kitab Suci dengan tekun, pasti muncul juga hasrat untuk memperdalam dan memperluas pengetahuan tentang isi/pesan-pesan Kitab Suci (Alkitab) bagi diri kita.
0 comments:
Post a Comment