source: godsbreathpublications.com |
KOMPETENSI DASAR
Siswa
mengenal Kitab Suci dan Tradisi sebagai tolok ukur tertinggi dari imannya
terhadap Yesus Kristus dan ajaran-Nya.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir pelajaran, siswa dapat:
1. memberi
contoh bermacam-macam upacara atau kepercayaan yang didasarkan pada tradisi
setempat;
2. menjelaskan
arti tradisi dalam Gereja Katolik;
3. menjelaskan
arti Injil Yoh 21: 24-25 dalam kaitannya dengan tradisi dalam Gereja Katolik;
4. menjelaskan
persamaan dan perbedaan “Syahadat Singkat” dan “Syahadat Panjang”;
5. menyebutkan
macam-macam tradisi yang ada dalam Gereja Katolik;
6. menjelaskan
bahwa Kitab Suci bersama tradisi dipandang sebagai norma iman yang tertinggi.
PENDAHULUAN
Setiap
masyarakat memiliki tradisi dari nenek moyangnya. Banyak kepercayaan dan
upacara atau sikap dan tindakan yang didasari atas tradisi. Semua itu
dilaksanakan karena merupakan kebiasaan yang sudah terjadi secara
turun-temurun. Tradisi-tradisi tersebut kebanyakan diteruskan secara
turun-temurun dan secara lisan. Ada juga beberapa tradisi yang dewasa ini sudah
mulai dibukukan.
“Gereja
dalam ajaran, hidup, dan ibadatnya, melestarikan dan meneruskan kepada semua
keturunan, dirinya seluruhnya, dan imannya seutuhnya.” (Dei Verbum Art. 8).
Proses komunikasi atau penerusan iman dari satu angkatan kepada angkatan
berikutnya dan di antara orang sezaman itulah yang disebut tradisi. “Tradisi berarti penyerahan, penerusan, komunikasi
terus-menerus. Tradisi bukan sesuatu yang ‘kolot’ atau dari zaman dahulu,
melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini juga. Gereja yang hidup dan
berkembang, itulah tradisi”.
Dalam
tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para
Rasul. Pada periode yang disebut zaman Gereja Perdana, Tradisi sebelumnya
dipenuhi dan diberi bentuk baru, yang selanjutnya menjadi inti pokok untuk
tradisi berikutnya, “yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi,
dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru.” (bdk. Ef 2: 20). Maka, perumusan pengalaman iman Gereja Perdana yang
disebut Perjanjian Baru merupakan pusat dan sumber seluruh tradisi, karena di
dalamnya terungkap pengalaman iman Gereja Perdana. Pengalaman itu ditulis
dengan ilham Roh Kudus (Dei Verbum
Art. 11) dan itu berarti bahwa Kitab Suci mengajarkan dengan teguh dan setia
serta tanpa kekeliruan, kebenaran yang oleh Allah mau dicantumkan di dalamnya
demi keselamatan kita.
Gereja
Katolik yakin bahwa Kitab Suci (Alkitab) bersama Tradisi dinyatakan oleh Gereja
sebagai “tolok ukur tertinggi iman Gereja” (Dei
Verbum Art. 21). Dengan kata “iman”, yang dimaksudkan adalah baik iman
objektif maupun iman subjektif. Jadi, “kebenaran-kebenaran iman” yang mengacu
kepada realitas yang diimani dan sikap hati serta penghayatannya merupakan
tanggapan manusia terhadap pewahyuan Allah.
Beberapa
pokok penting yang perlu dipahami dan disadari oleh para siswa adalah: arti
tradisi secara umum, pengertian tradisi dalam Gereja Katolik, macam-macam
tradisi dan contohnya, membedakan “Syahadat Pendek” dan “Syahadat Panjang”
sebagai hasil tradisi Gereja. Dan yang penting adalah keyakinan bahwa Kitab
Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur tertinggi bagi seluruh iman dan
kehidupan Gereja.
MATERI PENJELASAN
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tradisi diartikan sebagai segala sesuatu (seperti
adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran, dan sebagainya) yang secara turuntemurun
diwariskan dari nenek moyang. Setiap masyarakat memiliki tradisi
sendiri-sendiri. Tradisi ini berkembang dan diteruskan dari generasi yang satu
kepada generasi berikutnya. Dalam perkembangan selanjutnya, tradisi tersebut
tentu saja mengalami perubahan dan perkembangan. Beberapa tradisi sering juga
hilang karena sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Namun, pada banyak
suku atau etnis, mereka umumnya masih memelihara tradisi-tradisi tersebut.
Tradisi-tradisi dalam
masyarakat tersebut pada umumnya diteruskan kepada generasi berikutnya,
terutama diteruskan secara lisan. Banyak kebiasaan atau tradisi yang
dilaksanakan oleh masyarakat kita hanya didasarkan atas cerita lisan dari nenek
moyang sebelumnya. Meskipun demikian, kita harus mengakui bahwa ada beberapa
tradisi yang ditulis, walaupun lebih banyak yang disampaikan secara lisan.
PENDALAMAN MATERI
TRADISI DALAM GEREJA KATOLIK
1. Arti Tradisi dalam Gereja Katolik
Gereja
senantiasa melestarikan dan meneruskan hidup, ajaran, dan ibadatnya dari
generasi ke generasi. Proses penerusan atau komunikasi iman dari satu angkatan
kepada angkatan berikut dan di antara orang-orang seangkatan itulah yang
disebut tradisi. Tradisi berarti
penyerahan, penerusan, dan komunikasi terus-menerus. Tradisi bukan sesuatu yang
“kolot” dari zaman dahulu, melainkan sesuatu yang masih terjadi sekarang ini
juga.
Dalam
tradisi itu ada satu kurun waktu yang istimewa, yakni zaman Yesus dan para
rasul. Periode itu biasa disebut zaman “Gereja Perdana”. Tradisi zaman Gereja
Perdana menjadi inti pokok untuk tradisi berikutnya, “dibangun di atas dasar
para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru” (Ef 2:
20). Sebagian dari tradisi itu kemudian ditulis, yang sekarang kita kenal
sebagai Kitab Suci Perjanjian Baru. Jadi, tidak semua tradisi ditulis, yang
lainnya terus disampaikan secara lisan dari generasi ke generasi. Kitab Suci
Perjanjian Baru yang ditulis dengan ilham Roh Kudus dengan teguh dan setia
serta tanpa kekeliruan, terus mengajarkan kebenaran yang oleh Allah mau
dicantumkan di dalamnya demi keselamatan kita.
Sesudah
Gereja Perdana, Gereja terus mengolah dan memperdalam ungkapan iman yang
terdapat dalam Kitab Suci. (bdk. Dei
Verbum Art 8).
2. Contoh Tradisi Ajaran Iman Gereja Katolik
Tradisi
dan Kitab Suci saling berhubungan. Tradisi mempunyai titik beratnya dalam Kitab
Suci, tetapi tidak terbatas pada Kitab Suci. Sebaliknya, tradisi berusaha terus
menghayati dan memahami kekayaan iman yang terungkap di dalam Kitab Suci.
Kekayaan iman itu misalnya Syahadat. Di dalam Kitab Suci, kita tidak menemukan
Syahadat, tetapi apa yang terungkap dalam Syahadat jelas dilandaskan pada Kitab
Suci. Untuk jelasnya, kita akan mempelajari buah karya tradisi, yaitu Syahadat.
Kita akan mencoba membandingkan dua Syahadat, yaitu Syahadat Para Rasul (Syahadat
Singkat) dan Syahadat dari Konsili Nicea (Syahadat Panjang).
Syahadat Para Rasul/ Singkat Syahadat
Nisea/Syahadat Panjang
Aku
percaya akan Allah, Aku percaya
akan satu Allah,
Bapa
yang mahakuasa, Bapa yang
Mahakuasa,
pencipta
langit dan bumi; Pencipta langit
dan bumi,
dan
akan Yesus Kristus, dan segala
sesuatu yang kelihatan
Putra-Nya
yang tunggal, Tuhan kita, dan
tidak kelihatan;
yang
dikandung dari Roh Kudus, dan akan
satu Tuhan Yesus Kristus,
dilahirkan
oleh Perawan Maria; Putra Allah yang
tunggal.
yang
menderita sengsara Ia lahir dari
Bapa sebelum segala abad,
dalam
pemerintahan Ponsius Pilatus Allah
dari Allah,
disalibkan,
wafat, dan dimakamkan; terang
dari terang;
yang
turun ke tempat penantian Allah benar
dari Allah benar.
pada
hari ketiga bangkit Ia
dilahirkan, bukan dijadikan
dari
antara orang mati; sehakikat
dengan Bapa;
yang
naik ke surga, segala
sesuatu dijadikan oleh-Nya.
duduk
di sebelah kanan Allah Bapa Ia
turun dari surga
yang
mahakuasa untuk
kita manusia
dari
situ Ia akan datang dan untuk
keselamatan kita.
mengadili
orang hidup dan mati. Dan Ia menjadi
daging oleh Roh Kudus
Aku
percaya akan Roh Kudus, dari Perawan
Maria:
Gereja
Katolik yang kudus, dan menjadi
manusia.
persekutuan
para kudus, Ia pun disalibkan
untuk kita.
pengampunan
dosa, Waktu Ponsius
Pilatuas
kebangkitan
badan, Ia wafat
kesengsaraan dan dimakamkan.
kehidupan
kekal. Pada hari
ketiga Ia bangkit
Amin. menurut
Kitab Suci. Ia
naik ke surga,
duduk
di sisi Bapa.Ia
akan kembali dengan mulia,
mengadili
orang yang hidup dan
yang mati;
kerajaan-Nya
takkan berakhir. Aku
percaya akan Roh Kudus,
Ia
Tuhan yang menghidupkan;Ia
berasal dari Bapa dan Putra;
Yang
serta Bapa dan Putra,disembah
dan dimuliakan;
Ia
bersabda dengan perantaraan para nabi. Aku
percaya akan Gereja
yang
satu, kudus, katolik, dan apostolik, aku
mengakui satu pembaptisan
akan
penghapusan dosa.Aku
menantikan kebangkitan orang mati
Dan
hidup di akherat. Amin.
Dengan membandingkan kedua
rumusan Syahadat tersebut di atas, kelihatan bahwa kedua syahadat itu berbeda.
Perbedaan tersebut terutama pada rumusan berikut: “Ia lahir dari Bapa sebelum
segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah
benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu
dijadikan oleh-Nya. Ia turun dari surga untuk kita manusia dan untuk
keselamatan kita”. Yang lain juga berbeda rumusannya, tetapi isinya kurang
lebih sama.
Rumusan
kedua syahadat itu adalah ajaran Gereja yang berasal dari Tradisi. Syahadat
pendek lebih tua daripada Syahadat panjang. Syahadat yang panjang muncul,
antara lain disebabkan oleh munculnya ajaran-ajaran sesat, yaitu ajaran yang
tidak mengakui kemanusiaan Kristus dan yang tidak mengakui ke-Allahan Kristus.
Maka, dirumuskanlH Syahadat secara lebih lengkap. Dalam syahadat panjang ITU
ditekankan bahwa Yesus sungguh manusia dan sungguh-sungguh Allah.
3. Kitab Suci dan Tradisi Merupakan Tolok Ukur
Iman Gereja
Kitab
Suci bersama tradisi merupakan tolok ukur iman Gereja. Itu berarti iman Gereja,
baik iman Gereja secara keseluruhan (iman objektif) maupun iman dalam arti
sikap masing-masing orang (iman subjektif), diukur kebenarannya oleh Kitab Suci
bersama Tradisi.
source:investmeinmymotley.wordpress.com |
0 comments:
Post a Comment