Source: curezone.com |
KOMPETENSI DASAR
Para siswa mengenal Yesus yang datang untuk mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan Allah. Maka, para siswa diharapkan merasa terpanggil untuk berjuang bersama Yesus.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir pelajaran,
siswa dapat:
1. menganalisis
situasi sosial pada zaman Yesus;
2. menjelaskan
paham-paham tentang Kerajaan Allah pada zaman Yesus;
3. menjelaskan
paham Yesus tentang Kerajaan Allah.
PENDAHULUAN
Enam
abad sebelum kedatangan Yesus, bangsa Israel selalu dijajah oleh bangsa lain,
yaitu bangsa Persia, bangsa Yunani, dan terakhir bangsa Romawi. Selain ditindas
oleh para penjajah tersebut, bangsa Israel juga ditindas oleh pemimpin-pemimpin
sendiri, yaitu raja-raja boneka yang diangkat oleh para penjajah. Dalam situasi
tertindas seperti itu, kerinduan akan datangnya Mesias dan Kerajaan Allah
senantiasa muncul dengan kuat.
Paham
tentang Kerajaan Allah bukan baru muncul pada zaman Yesus, tetapi sudah lama
diimpikan oleh bangsa Israel, terlebih pada saat-saat mereka sangat ditindas.
Dalam situasi tertindas itu, muncullah bermacam-macam paham tentang Kerajaan
Allah.
1. Paham Kerajaan Allah yang Berciri Nasionalistis
Paham ini dihayati sungguh
oleh kaum Zelot. Kegiatan mereka bertujuan membebaskan Israel dari kuasa
politik kaum kafir. Kaum Zelot sungguh berjihad untuk mengusir kaum kafir.
Mereka berharap dengan kebangkitan nasionalisme, kemenangan bangsa Israel dapat
tercapai, dan Kerajaan Allah terbangun.
2. Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Apokaliptik
Apokaliptik adalah aliran
yang percaya akan datangnya penghakiman Allah, karena dunia ini sudah jahat dan
akan digantikan oleh dunia baru. Dalam dunia baru itu yang baik akan
dianugerahi kebakaan, sedangkan yang jahat akan dihukum.
Menurut pandangan para
Apokaliptik, Kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan terakhir yang akan terjadi
pada akhir zaman. Setelah zaman ini hilang lenyap dibinasakan Allah, “Kerajaan
Allah” akan menjadi kenyataan di bumi baru dan langit baru yang dijadikan
Allah.
3. Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Rabi
Menurut pandangan para rabi,
Allah sekarang sudah meraja secara hukum, sedangkan di akhir zaman Allah akan
secara nyata menyatakan kekuasaan-Nya sebagai Raja semesta alam dengan
menghakimi dan menyatakannya kepada sekalian bangsa. Kenyataan bahwa bangsa
Israel kini dikuasai oleh orang-orang kafir (sebab pada masa Yesus bangsa
Yahudi dijajah oleh bangsa Romawi yang dianggap sebagai bangsa kafir) merupakan
akibat dari dosa-dosanya. Namun, jika Israel melakukan hukum Taurat, maka
penjajah akan dipatahkan. Karena itu, mereka yang sekarang taat pada hukum
Taurat sudah menjadi warga Kerajaan Allah. Tetapi jika Israel tidak melakukan hukum
Taurat, maka Israel akan terus dijajah dan diperintah oleh kaum kafir.
Paham
Yesus tentang Kerajaan Allah lebih mirip dengan paham para rabi. Kerajaan Allah
mulai merekah, terutama dalam diri Yesus, dan akan mencapai kepenuhannya pada
akhir zaman. Untuk menyambut Kerajaan Allah orang harus bertobat dan percaya
pada Injil (lih. Mrk 1: 14-15).
PENDALAMAN MATERI
Selama
enam abad sebelum kedatangan Yesus, bangsa Israel selalu dijajah oleh bangsa
lain, yaitu bangsa Persia, bangsa Yunani, dan terakhir bangsa Romawi. Selain
ditindas oleh para penjajah itu, bangsa Israel juga ditindas oleh
pemimpin-pemimpin bangsanya sendiri, yaitu raja-raja boneka yang diangkat oleh
para penjajah.
Dalam
situasi tertindas seperti itu, bangsa Israel selalu memimpikan kedatangan
Mesias dan Kerajaan Allah. Untuk mengerti dengan baik impian bangsa Israel
tentang Kerajaan Allah dan pewartaan Yesus tentang Kerajaan Allah, maka secara
berturut-turut kita membahas tentang situasi sosial masyarakat Yahudi pada
waktu itu, paham-pahamnya tentang Kerajaan Allah, dan pewartaan Yesus tentang
Kerajaan Allah.
A. SITUASI SOSIAL BANGSA ISRAEL
1. Situasi Sosial – Politik
Setelah
masa pembuangan bangsa Israel di Babilonia, enam abad sebelum Yesus, Palestina
tunduk kepada Kerajaan Persia, Yunani, dan Kekaisaran Romawi. Secara internal
masyarakat Palestina dikuasai oleh raja-raja dan pejabat boneka yang ditunjuk
oleh penguasa Roma. Selain pejabat-pejabat boneka, masih ada kelas pemilik
tanah yang kaya raya dan kaum rohaniwan kelas tinggi yang suka menindas rakyat
demi kepentingan dan kedudukan mereka. Golongan-golongan ini sering memihak
penjajah supaya mereka tidak kehilangan hak istimewa atau nama baik di depan
penjajah, karena Roma mempunyai kekuasaan mencabut hak milik seseorang.
Puncak
kekuasaan politik adalah procurator Yudea. Ia harus seorang Romawi. Ia
berwenang menunjuk raja dan Imam Agung. Di Yudea, Imam Agung berperan di bidang
politik sebagai raja selain sebagai pemimpin agama. Di Galilea kekuasaan
dipegang oleh raja Herodes Antipas.
Dominasi
militer terlihat dengan kehadiran tentara Romawi di mana-mana. Mereka diambil
dari Siria atau Palestina, tetapi tidak dari kalangan Yahudi.
Situasi
yang menekan kadang-kadang tidak tertahankan, sehingga timbul pemberontakan
yang umumnya digerakkan oleh kaum Zelot yang bermarkas di Galilea. Namun,
pemberontakan kaum Zelot ini selalu dapat dipadamkan/ditumpas. Penumpasan kaum
pemeberontak (Zelot) ini biasanya membawa korban nyawa yang tidak sedikit.
2. Situasi Sosio-Ekonomi
Penduduk
desa biasanya hanya memiliki lahan-lahan kecil untuk usaha pertanian. Sebagian
besar tanah dikuasai oleh para tuan tanah yang kaya dan mereka tinggal di
kota-kota. Lahan-lahan luas yang dikuasai oleh para tuan tanah itu digunakan
untuk menanam jagung dan peternakan besar. Para tuan tanah yang tinggal di
kota-kota itu praktis menjadi pengemudi roda ekonomi kota dan perdagangan
internasional. Rakyat kebanyakan biasanya hanya menjadi penggarap tanah (buruh
tani) atau pengembala ternak milik tuan-tuan tanah itu.
Kondisi
ekonomi sebagian besar penduduk (rakyat) hanya pas-pasan, bahkan kurang untuk
mencukupi kebutuhan kelarga karena penghasilan mereka terlalu kecil. Dalam
situasi yang parah seperti itu, rakyat masih dibebani berbagai macam pajak dan
pungutan untuk pemerintah, untuk Bait Allah, dsb. Konon, pajak dan
pungutan-pungutan tersebut dapat mencapai 40% dari penghasilan rakyat.
3. Situasi Sosial – Kemasyarakatan
Masyarakat
Palestina terbagi dalam kelas-kelas. Di daerah pedesaan terdapat kelas-kelas
atau kelompok sosial, yaitu tuan tanah besar, pemilik tanah kecil, perajin,
kaum buruh, dan budak.
Di
daerah perkotaan terdapat beberapa lapisan kelas sosial. Lapisan kelas sosial
tertinggi adalah kaum aristokrat, imam-imam, pedagang-pedagang besar, dan
pejabat-pejabat tinggi. Lapisan kelas sosial menengah bawah adalah para
peerajin, pejabat-pejabat rendah, awam, dan kaum Lewi. Lapisan kelas sosial
paling bawah adalah kaum buruh yang pada umumnya bekerja di sekitar Bait Allah.
Di
samping itu, terdapat juga kaum proletar marginal yang tidak terintegrasi dalam
kegiatan ekonomi, yang terdiri atas orang-orang yang dikucilkan oleh masyarakat
karena suatu hal (bukan karena kondisi ekonomi). Misalnya: para pendosa publik
seperti pelacur dan pemungut bea cukai, penderita kusta yang menurut keyakinan
Yahudi disebabkan oleh dosa si penderita atau dosa orang tuanya.
Menurut
orang Yahudi, dosa itu dapat berjangkit seperti kuman penyakit. Oleh sebab itu,
orang baik-baik tidak boleh bergaul dengan orang-orang berdosa.
Selain
adanya kelompok-kelompok berdasarkan kelas sosial tersebut di atas, terdapat
juga berbagai bentuk diskriminasi, misalnya diskriminasi rasial, seksual,
pekerjaan, dan sebagainya.
4. Situasi Sosio-Religius
Hukum
Taurat sangat mewarnai hidup religius orang-orang Yahudi. Kaum Farisi berusaha
menjaga warisan dan jati diri Yahudi berdasarkan hukum Taurat. Mereka menyoroti
ketaatan pada setiap pasal hukum Taurat. Bagi mereka, menjadi rakyat Tuhan
berarti taat pada setiap pasal hukum Taurat. Mereka berusaha menerapkan hukum
Taurat pada setiap segi kehidupan. Tetapi, mereka sendiri sangat memilih-milih
dalam ketaatan mereka.
Menaati
hukum Tuhan berarti menaati secara ketat terhadap setiap pasal hukum Taurat. Orang-orang
Farisi gemar memperluas tuntutan-tuntutan kebersihan yang berlaku untuk para
imam bagi seluruh masyarakat Israel. Mereka menafsirkan dan kadang-kadang
memanipulasi hukum Taurat demi kepentingan mereka sendiri, sehingga sering
mendatangkan beban yang tidak tertahankan bagi rakyat kecil.
Singkatnya,
rakyat kebanyakan di Palestina sangat tertindas pada saat Yesus muncul. Mereka
ditindas secara politis, ekonomis, sosial, bahkan religius.
B. PAHAM-PAHAM TENTANG KERAJAAN
ALLAH
Dalam
situasi tertindas, bangsa Israel sangat merindukan kedatangan Mesias dan
Kerajaan Allah. Namun, paham mengenai Kerajaan Allah di kalangan bangsa Israel
dipahami secara berbeda-beda.
1. Paham Kerajaan Allah yang Berciri Nasionalistis
Paham
ini dihayati oleh kaum Zelot. Kegiatan mereka bertujuan membebaskan bangsa
Israel dari kuasa politik penjajah kafir. Kaum Zelot berjihad untuk mengusir
kaum kafir. Mereka berharap dengan kebangkitan nasionalisme, kemenangan bangsa
Israel dapat tercapai dan Kerajaan Allah tercipta.
2. Kerajaan Allah Menurut Pandangan para Apokaliptik
Aliran
ini percaya akan datangnya penghakiman Allah, karena dunia ini sudah jahat dan
akan digantikan oleh dunia baru. Dalam dunia baru itu, yang baik akan
dianugerahi kebakaan dan yang jahat akan dihukum.
Menurut
pandangan aliran ini, Kerajaan Allah adalah sebuah kenyataan pada akhir zaman.
Dunia ini atau zaman ini sudah terlalu jahat dan jelek. Setelah zaman yang
jahat ini hilang lenyap dibinasakan oleh Allah, maka Kerajaan Allah akan
menjadi kenyataan di bumi baru dan langit baru yang dijadikan Allah.
3. Kerajaan Allah Menurut Pandangan para
Rabi
Allah
sekarang sudah meraja secara hukum, sedangkan di akhir zaman Allah menyatakan
kekuasaan-Nya sebagai Raja semesta alam dengan menghakimi dan menyatakan kepada
sekalian bangsa. Bangsa Israel yang dikuasai oleh orang-orang kafir (karena
dijajah oleh bangsa Romawi yang dianggap kafir) merupakan akibat dari
dosa-dosanya. Jika bangsa Israel melakukan hukum Taurat, maka penjajah akan
dipatahkan. Karena itu, mereka yang sekarang taat pada hukum Taurat sudah
menjadi warga Kerajaan Allah. Tetapi, jika tidak melakukan hukum Taurat, maka
banagsa Israel akan terus dijajah dan diperintah oleh kaum kafir.
source:madmikesamerica.com |
C. KERAJAAN ALLAH YANG DIWARTAKAN
YESUS
Kerajaan
Allah yang diwartakan OLEH Yesus lebih mirip dengan pandangan para rabi dan
para nabi. Allah mulai meraja, terutama dalam diri Yesus, dan akan mencapai
kepenuhan-Nya pada akhir zaman. Ketika Yesus berkeliling di Palestina untuk
mewartakan Kabar Baik dan melakukan berbagai perbuatan baik, termasuk
mukjizat-mukjizat-Nya, menjadi nyata bahwa Kerajaan Allah sebenarnya mulai
dibangun di tengah umat yang percaya.
Kerajaan
Allah yang diwartakan oleh Yesus secara singkat dapat dikatakan sebagai
berikut:
Kerajaan Allah adalah Allah
yang meraja atau memerintah. Oleh karena itu, manusia harus mengakui kekuasaan
Allah dan menyerahkan diri (percaya) kepada-Nya, sehingga terciptalah
kebenaran, keadilan, kesejahteraan, dan kedamaian.
Kerajaan Allah yang
diwartakan oleh Yesus akan mencapai kepenuhannya pada akhir zaman. Di akhir
zaman itulah, Allah benar-benar akan meraja. Dalam rangka ini, Kerajaan Allah
terkait dengan penghakiman terakhir dan ukuran penghakiman adalah tindakan
kasih. Mereka yang melaksanakan tindakan kasih masuk ke dalam Kerajaan Allah (bdk. Mat 25: 31-45).
Kerajaan Allah yang mencapai
kepenuhannya pada akhir zaman itu kini sudah dekat, bahkan sudah datang dalam
sabda dan karya Yesus. Oleh karena itu, orang harus menanggapinya dengan
bertobat dan percaya kepada warta yang dibawa oleh Yesus.
Kerajaan Allah adalah kabar
mengenai masa depan dunia, di mana yang miskin tidak lagi miskin, yang lapar
akan dipuaskan, yang tertindas tidak akan menderita lagi, yang tertawan akan
dibebaskan. Namun, untuk mencapai masa depan yang demikian perlu perjuangan.
Itulah sebabnya, Yesus terus-menerus berjuang supaya hal itu benar-benar
terwujud. Selama hidup-Nya Yesus terus-menerus berjuang supaya hal itu
benar-benar terwujud. Seluruh hidup Yesus sampai Ia mengorbankan hidup-Nya di
kayu salib adalah untuk mewujudkan Kerajaan Allah, sehingga orang benar-benar
mengalami damai sejahtera, sukacita, keadilan, dan kebenaran.
Perjuangan Yesus itu belum
selesai, Yesus memberi tugas kepada para pengikut-Nya untuk melanjutkan perjuangan
itu, agar Allah sungguh-sungguh meraja.
Kebanyakan yang singkat lah
ReplyDeleteIya setuju
Delete