HIDUP BERSAMA
ORANG LAIN
KOMPETENSI DASAR
Menyadari bahwa pertumbuhan
dan perkembangan dirinya tidak dapat lepas dari peran serta keluarga dan sesama
disekitarnya, sehingga terpanggil untuk bekerja sama dan menghargai sesama.
1.
Menyebutkan
makna manusia sebagai mahluk sosial.
2.
Menyebutkan
faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam menjalin hubungan dengan orang
lain.
3.
Menyebutkan
asas-asas hidup bersama berdasarkan kutipan I Korintus 12: 1-12 dan Gaudium et
Spes no 29.
4.
Menjelaskan
tanda atau bukti bahwa Allah mencintai semua orang dengan jalan berbeda-beda.
5.
Menyebutkan
konsekuensi sikap manusia atas sikap dan tindakan Allah yang mencintai semua
manusia.
6.
Merumuskan
kehendak Allah kepada semua orang dalam relasinya dengan sesama berdasarkan
kutipan Yohanes 18: 20-26.
URAIAN MATERI
Setiap orang
selalu saling membutuhkan satu dengan yang lain untuk dapat berkembang secara
lebih baik dan maksimal. Kita
membutuhkan orang lain dan orang lain juga membutuhkan kita. Orang lain yang
dimaksud disini antara lain: orang tua, saudara sekandung, teman, guru dan
sebagainya. Itulah sebabnya dikatakan bahwa manusia itu mahluk sosial. Manusia
sejak diciptakan mempunyai ketergantungan kepada sesama. Sikap saling
ketergantungan ini mengandaikan bahwa setiap orang menyadari kehadiran
sesamanya dan memperlakukan mereka sebagaimana mestinya.
Karena sifat
ketergantungan dan saling membutuhkan, maka sudah seharusnya manusia saling
bekerjasama agar tercipta suasana kehidupan bersama yang baik dan lancar, serta
memungkinkan setiap pribadi dapat mengembangkan dirinya secara utuh. Kerjasama
akan berjalan dengan baik dan lancar bila ada saling pengertian antar pribadi.
Setiap orang harus berusaha memahami keinginan orang lain dan tidak memaksakan
kehendaknya sendiri. Sikap-sikap seperti tersebut merupakan sikap-sikap yang
dapat mendukung perkembangan setiap orang. Namun demikian ada pula beberapa
faktor yang dapat merusak kehidupan bersama, antara lain faktor ketidakjujuran,
egoisme/ mementingkan diri sendiri, sikap tidak peduli terhadap orang lain,
sikap acuh tak acuh dalam hidup bersama, sikap sombong, sikap tidak adil dan
sebagainya. Untuk mencapai hidup bersama yang selaras dibutuhkan suatu asas
hidup bersama, baik yang berbentuk aturan adat, aturan kelompok, hukum dan
perundang-undangan, serta hukum agama.
Dalam Kitab
Suci Perjanjian Baru, Yesus memperlihatkan bahwa asas hidup bersama yang
dimaksud diatas bukan hanya sekedar etiket pergaulan. “Segala sesuatu yang kamu
kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada
mereka” (Mat 7: 12). Sikap hidup yang adil, jujur, dan tidak egois merupakan
prasyarat yang harus dijunjung tinggi dalam hidup bersama. Yesus masih
menunjukkan lagi unsur lain yang jauh lebih penting dan utama dalam asas hidup
bersama, yaitu relasi antar manusia harus dilandasi dengan sikap kasih. (Mat 22:
34-40). Unsur penting itulah yang seharusnya mendorong semua orang untuk
memperlakukan orang lain sebagai pribadi yang berharga dan bermartabat, bukan
sekedar pelengkap (Gaudium et Spes, no 29). Asas kasih mengarahkan semua orang
untuk dapat mencintai sesama sebagaimana mencintai diri sendiri. Semuanya itu
dilakukan sebagai perwujudan dan ungkapan atas kasih yang telah dialami oleh
Yesus sendiri dari Allah.
Yesus dengan
kasih-Nya selalu menyerukan persatuan umat manusia, sekalipun berbeda-beda.
Sekalipun ada perbedaan dan masalah dalam hidup bersama, mereka diharapkan
saling mengasihi dan mengampuni. Dan yang lebih tegas lagi, Yesus mengajak kita
untuk berani mengasihi dan mendoakan orang-orang yang memusuhi kita (Mat 5:
43). Hidup bersama akan terjamin bila manusia saling mengasihi satu sama lain,
sebab Allah sendiri mencintai semua orang (Mat 5: 45). Allah mencintai dengan
cara yang berbeda-beda. Ukuran cinta Tuhan sangatlah berbeda dengan ukuran
manusia. Allah mencintai semua orang, yang jahat maupun yang baik. Bagi orang
yang baik, Yesus tetap mengasihi
dengan harapan agar orang tersebut tidak menjadi sombong dan takabur, melainkan
agar orang baik tersebut dapat menjadi semakin baik. Tuhan juga mengasihi orang
yang jahat dengan maksud agar orang
tersebut mau berubah menjadi baik. Dalam hal ini Yesus memberi kesempatan
kepada orang yang jahat itu untuk bertobat dan menjadi orang yang baik.
Bukti bahwa
Allah mengasihi semua orang, juga termasuk mengasihi orang yang jahat adalah:
a) Allah tidak membinasakan Adam dan Hawa setelah mereka berbuat dosa, b) Allah
tetap melindungi Kain yang telah membunuh Habel adiknya sendiri, c) Allah
selalu menolong bangsa Israel sekalipun mereka kerap melupakan-Nya, dan
sebagainya.
Kepada semua
orang yang percaya kepada-Nya, Yesus meminta agar mereka saling mengasihi.
Hanya mereka yang mengasihi sesama yang diakui oleh Yesus sebagai murid-Nya.
Hanya orang yang mengasihi, yang menjalankan perintah Bapa, dan hanya orang
yang mengasihi akan sampai kepada Bapa. Akhirnya hanya apabila manusia saling
mengasihi, Kerajaan Allah benar-benar terwujud.
0 comments:
Post a Comment