YESUS MEWARTAKAN
SABDA BAHAGIA
KOMPETENSI DASAR
Memahami perjuangan Yesus
untuk menegakkan nilai-nilai dasar hidup bersama sehingga mampu menghayati dan
menerapkan dalam hidupnya sehari-hari.
INDIKATOR
1.
Menjelaskan
pendapatnya tentang arti bahagia.
2.
Mengungkapkan
pengalamannya dalam mencari dan menemukan kebahagiaan.
3.
Menjelaskan
alasan-alasan yang membuat orang merasa bahagia.
4.
Menjelaskan
maksud ajaran Yesus, tentang sabda bahagia menurut Matius 5: 1-12.
5.
Menyebutkan
contoh-contoh perwujudan sabda bahagia dalam kehidupan sehari -hari.
6.
Menguraikan
arti kebebasan dengan kata-kata sendiri.
7.
Menyebutkan
tokoh-tokoh perjuangan kebebasan bangsa
kita.
8.
Menceritakan
pengalaman sendiri tentang kebebasan.
9.
Menjelaskan perjuangan Yesus yang mewartakan kebebasan
anak-anak Allah, seperti diuraikan dalam Lukas 5: 17-26; Lukas 8: 26-28; Mrk.
2: 23-28.
10.
Menyebutkan
contoh perwujudan tindakan bebas sebagai anak-anak Allah, seperti yang
diperjuangkan Yesus.
URAIAN MATERI
Tak seorangpun
di dunia ini yang tidak mendambakan kebahagiaan. Semua orang berlomba-lomba dengan
caranya masing-masing untuk menggapai kebahagiaan. Namun demikian makna
kebahagiaan yang dicari itu serta ukuran kebahagiaan itu sendiri sangat
relatif; artinya antara seorang dengan yang lain sangat berbeda, tergantung
pada orientasi kebahagiaan masing-masing pribadi.
Ada sebagian
orang mengukur kebahagiaan dengan materi atau kekayaan yang dimiliki sehingga
segala cara akan ditempuh bahkan tidak mempedulikan orang lain, yang penting
adalah materi yang dinginkan dapat tercapai, kadang-kadang menghalalkan
berbagai cara untuk mencapai tujuannya.
Ada sebagian
orang yang mengartikan kebahagiaan dengan ketenangan dan ketenteraman dalam
hidup. Dengan demikian mereka tidak harus berusaha sedemikian rupa untuk meraih
hal-hal yang sangat bersifat materi. Singkat kata mereka tidak bersifat
materialistis, yang penting adalah ketenteraman dan kedamaian dalam hidup. Jadi
kebahagiaan tergantung dari mana setiap orang memandangnya, apakah dari hal
materi ataukah ketenangan, ketenteraman dan kedamaian dalam hidup.
Pandangan
manusia tentang kebebasan, bila dibandingkan dengan pandangan Yesus dalam
Matius 5: 1-12, sangat bertentangan. Kekayaan materi yang menjadi dambaan
setiap orang justru tidak mendapat tempat dihati Yesus. Yesus berkata:
“Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah karena merekalah yang empunya
Kerajaan Surga” (Mat 5: 3). Demikian halnya dengan ketenangan, sukacita dan
damai; Yesus bersabda: “Berbahagialah orang yang berduka cita karena mereka
akan dihibur (Mat 5: 4). Kalau demikian halnya apa sebenarnya yang dikehendaki
Yesus?
Melalui sabda
bahagia ini Yesus bermaksud menyatakan tiga hal yakni:
1.
Menyiapkan
para murid-Nya untuk menghadapi dunia yang orientasi kehidupannya sangat
berlainan dengan kehendak Allah.
2.
Sabda
bahagia mengandung nilai eskatologis (akhirat/ akhir zaman), sebagai syarat
masuk surga.
3.
Sabda
bahagia merupakan hukum baru yang mengatur relasi manusia dengan Tuhan dan
sesama yang didasarkan pada kasih.
Sabda bahagia
juga mengandung dua aspek yang mengatur kehidupan manusia. Kedua aspek itu
adalah:
1.
Aspek
Iman (Mat 5: 3-6)
Pada
bagian ini mengatakan bahwa yang berbahagia adalah orang yang sepenuhnya
menyandarkan hidup kepada Allah. Mereka itu adalah;
a. Orang miskin; bukan mereka
miskin karena tidak memiliki harta benda, melainkan karena tertindas oleh orang
kaya dan kuat.
b. Orang yang berduka cita;
mereka mengharapkan penghiburan yang datang dari Allah (Yes 61: 1-3)
c. Orang yang lemah lembut; orang
yang dengan rendah hati menantikan pertolongan dari Tuhan.
d. Orang yang lapar dan haus akan
kebenaran; mereka adalah orang-orang yang rindu dibenarkan oleh Allah (Mzm 146:
7)
Dari aspek iman
orang yang berbahagia adalah orang yang sepenuhnya mengandalkan Tuhan dan
tindakan Allah dalam keadaannya sekarang yang kurang baik.
2.
Aspek
Sosial (Mat 5: 7-10)
Dari sudut sosial
orang yang berbahagia menurut Yesus adalah:
a. Orang yang murah hati; artinya
orang yang gemar berbuat kasih kepada sesamanya.
b. Orang yang suci hatinya:
artinya orang yang sadarkan dirinya sebagai warga Kerajaan Allah dan siap
melakukan kehendak-Nya.
c. Orang yang membawa damai;
orang yang menciptakan suasana damai dalam masyarakat.
d. Orang yang dianiaya karena
kebenaran; artinya orang yang berjuang demi tegaknya kebenaran.
Dari aspek ini,
Tuhan Yesus menghendaki agar setiap orang beriman, mewujudkan imannya dalam
perbuatan kasih yang nyata terhadap sesama.
Jadi,
kebahagiaan penuh yang didambakan akan terpenuhi jika setiap orang condong
mengharapkan segalanya dari Tuhan atau orang yang menerima Allah sebagai
satu-satunya raja mereka.
Namun perlu diingat
bahwa Yesus tidak bermaksud mempertahankan kemiskinan dan penderitaan yang
dialami oleh manusia. Yesus ingin mengingatkan kepada kita untuk memperhatikan
orang orang yang selayaknya mendapat perhatian. Karena Yesus berkata: “Apa yang
kamu lakukan kepada saudaraku yang hina ini itu kamu lakukan untuk aku” (Mat
25: 40).
Pewartaan sabda
bahagia merupakan tindakan Yesus untuk membebaskan manusia dari perlakuan
diskriminatif. Karena pada hakekatnya kebebasan itu sudah melekat pada diri
manusia sejak manusia ada yang kita kenal dengan hak asasi. Namun dalam
kenyataannya kebebasan manusia seringkali disalahgunakan oleh manusia itu
sendiri, mulai dari para pejabat sampai kepada pribadi-pribadi.
Manusia sering
salah menafsirkan makna yang terkandung dalam aturan-aturan yang dikeluarkan
baik oleh penguasa negara maupun pemimpin agama.
Aturan yang
semula merupakan ketentuan atau rambu-rambu untuk menciptakan kebebasan,
ketenteraman dan kedamaian bagi manusia sehingga menjadi manusia yang
bertanggungjawab dibelokkan menjadi senjata untuk menindas orang kecil bahkan
membinasakan orang lain. Sekedar contoh, korupsi terjadi dimana-mana,
bom meledak dimana-mana, merenggut ratusan nyawa manusia yang tak bersalah.
Semuanya terjadi karena salah menerjemahkan arti kebebasan.
Semua orang
mendambakan kebebasan tetapi dihayati dan dipraktekan secara salah. Misalnya
peraturan sekolah yang bertujuan agar menanamkan disiplin pada siswa, dianggap
sebagai penghambat kebebasan. Atau nasihat orang tua dianggap sebagai larangan
yang mengekang kebebasan mereka, dan akhirnya mereka berusaha secara sembunyi
atau bahkan dengan berani melanggarnya. Sikap kurang disiplin dalam keluarga
ini menciptakan masyarakat yang akan bertindak seenaknya saja.
Banyak
pelanggaran yang terjadi karena salah kaprah tentang arti kebebasan. Kebebasan
diartikan bertindak sekehendak hatinya. Maka terjadilah pelanggaran di segala
segi kehidupan. Pelanggaran lalu lintas, perampokan dan pencurian kendaraan
bermotor dan lain lainnya karena kita tidak lagi menghargai milik orang lain.
Tindakan semacam ini bertentangan dengan sikap Yesus.
Tuhan Yesus memaklumkan bahwa Allah itu pembebas. Allah ingin agar
manusia mengembangkan diri secara penuh, dengan demikian segala hukum,
peraturan dan perintah harus diabadikan pada tujuan pemerdekaan manusia;
artinya tujuan utama hukum adalah membebaskan manusia dari segala sesuatu yang
dapat menghalangi manusia untuk berbuat baik. Yesus ingin mewujudkan hukum taurat
dalam terang kasih.
Atas dasar
kasih itulah Tuhan Yesus bertindak. Ia melakukan mukjizat penyembuhan pada hari
Sabat; membolehkan para murid untuk memetik gandum pada hari Sabat, semuanya
itu dilakukan Yesus, karena menurut Yesus aturan seharusnya membuat manusia
semakin bebas dalam kasih, dengan begitu ia semakin dekat dengan Allah.
Bagi orang yang
telah dibebaskan oleh sengsara wafat dan kebangkitan Yesus, tugas yang harus
diemban selanjutnya adalah membebaskan sesama dari tindakan sewenang-wenang dan
dari keterikatan pada dosa yang mengakibatkan maut. Oleh sebab itu jangan
menggunakan kebebasan untuk hal-hal yang tidak berguna serta merusak masa
depan.
Gereja melalui
Sakramen Baptis mengangkat kita menjadi anak-anak Allah yang merdeka, bebas
dari dosa dan melancarkan hubungan manusia dengan Allah, terhindar dari
kematian kekal dan dengan bebas pula melayani Tuhan dan sesama.
RANGKUMAN
- Melalui sabda bahagia, Yesus bermaksud
menyatakan tiga hal yakni a) menyiapkan para murid-Nya untuk menghadapi dunia
yang orientasi kehidupannya sangat berlainan dengan kehendak Allah, b) sabda
bahagia mengandung nilai eskatologis (akhirat/ akhir zaman), sebagai syarat
masuk surga, dan c) sabda bahagia merupakan hukum baru yang mengatur relasi
manusia dengan Tuhan dan sesama yang didasarkan pada kasih.
-
Sabda
bahagia meliputi dua aspek yakni aspek Iman (Mat 5: 3-6) dan aspek Sosial (Mat
5: 7-10).
-
Dari
kedua aspek sabda bahagia, maka orang yang bahagia adalah orang yang sepenuhnya
mengandalkan Tuhan dan percaya kepada-Nya.
-
Sabda
bahagia membawa kita kepada kebebasan sebagai anak-anak Allah.
-
Allah
itu pembebas, yang membebaskan kita dari penderitaan, dosa dan maut, asalkan
sepenuhnya manusia bersandar pada Allah harta yang paling berharga.
-
Tugas
selanjutnya bagi orang yang telah dibebaskan Allah, ia harus membebaskan
manusia yang lain.
-
Hak
untuk melaksanakan kebebasan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan
dari martabat manusia, terutama dalam bidang agama dan susila.
Dalam Kitab Suci Tuhan Yesus membebaskan orang
yang membutuhkan pertolongan dan ingin hidup bahagia
0 comments:
Post a Comment