YESUS BERBELAS
KASIH
KOMPETENSI DASAR
Memahami berbagai sifat dan
sikap Yesus Kristus sehingga dapat meneladani dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
INDIKATOR
1.
Menyebutkan
orang-orang yang berbelas kasih serta alasannya.
2.
Menjelaskan
makna berbelas kasih.
3.
Menjelaskan
nilai belas kasih dalam tindakan Yesus seperti yang dikisahkan dalam Lukas 7:
11-17.
4.
Menyebutkan
beberapa tindakan belas kasih Yesus Kristus yang dapat diteladani dalam hidup
sehari-hari.
5.
Menyebutkan
faktor penghambat yang membuat orang sulit mengampuni.
6.
Menyebutkan
keuntungan bila mampu mengampuni dan mendapatkan pengampunan.
7.
Menjelaskan
pengampunan yang dilakukan Yesus Kristus seperti dikisahkan dalam Yohanes 8:
2-11.
URAIAN MATERI
Pada zaman
sekarang ini, semakin banyak kita jumpai orang-orang yang terpinggirkan,
miskin, menderita dan tidak diperhatikan oleh orang lain. Orang-orang semacam
itu sangat membutuhkan uluran kasih dari orang yang lain yang hidupnya lebih
baik dari pada mereka. Dengan menerima kasih dari orang lain, mereka merasa
mendapat perhatian dan dukungan dari sesamanya untuk lebih memperjuangkan hidup
yang baik. Sudah banyak memang orang yang peduli pada sesamanya yang menderita,
namun demikian masih banyak pula orang yang tidak peduli. Belas kasih bukan
terutama terletak pada besar kecilnya bantuan, namun yang penting dalam sikap
belas kasih adalah sikap bela rasa, merasakan penderitaan orang lain sebagai
penderitaannya sendiri. Biasanya orang mau melakukan perhatian kepada orang
yang menderita pertama-tama sering karena tersentuh hatinya oleh belas kasihan
atas penderitaan orang itu.
Yesus hidup
dalam situasi dimana banyak masyarakat miskin yang diperlakukan tidak adil,
tersingkirkan dan menderita lahir dan batin. Menghadapi kondisi semacam itu,
Yesus terpanggil untuk berbelarasa. Yesus menunjukkan bela rasa dan kepedulian
serta belas kasih-Nya kepada mereka dengan cara: menyapa mereka, hidup
ditengah-tengah mereka, mengalami suka duka hidup mereka. Yesus tidak membantu
secara material, tetapi Ia hadir dan menyapa mereka, Ia berpihak kepada mereka,
Ia adalah pribadi yang selalu melakukan tindakan belas kasih pada sesama-Nya
yang menderita. Tindakan Yesus ini antara lain tampak dalam peristiwa mukjizat
ketika membangkitkan seorang pemuda di kota Nain. (Luk 7: 11-17) Melalui sikap
dan tindakan-Nya, Yesus ingin menyatakan cinta Allah kepada semua manusia tanpa
kecuali. Kasih Yesus sungguh menguatkan dan meneguhkan orang lain, sehingga
pada akhirnya orang yang menderita merasa diselamatkan dan memuliakan Allah.
Tindakan Yesus yang menunjukkan sikap berbelas kasih yang lainnya tampak dalam
perbuatan: a) menyelamatkan wanita yang tertangkap basah berzinah, b)
menyembuhkan orang sakit kusta, c) menyembuhkan orang buta, dan sebagainya.
Yesus melakukan semua perbuatan kasih itu bukan demi mencari pengikut yang
banyak, bukan pula demi popularitas, namun semua itu dilakukan demi pembebasan
orang yang dikasihi-Nya, demi kebahagiaan orang yang dikasihi-Nya.
Kasih yang
diberikan Yesus tertuju pada semua orang, bagi mereka yang menderita, juga bagi
mereka yang bersalah kepada-Nya. Setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan
baik terhadap diri sendiri, terhadap orang lain maupun terhadap Tuhan. Namun
demikian tidak semua orang bila melakukan kesalahan cepat-cepat untuk meminta
maaf atas kesalahannya. Demikian pula tidak semua orang yang mau dengan senang
hati untuk memaafkan atau memberi pengampunan kepada orang yang bersalah dan
berusaha meminta maaf atau mohon pengampunan padanya, apa lagi jika dirasa
bahwa kesalahannya sungguh terlalu berat dan menyakitkan hati.
Ada beberapa
faktor yang dapat menyebabkan orang sulit untuk memaafkan atau juga orang sulit
untuk meminta maaf atas kesalahannya, yaitu antara lain: a) karena keinginan
untuk mempertahankan “harga diri” atau wibawa, b) karena gengsi, c) karena
sikap egois dan mau menang sendiri. Ketidakmampuan memaafkan atau mengampuni
dapat mengakibatkan: a) menumbuhkan rasa dendam, yang sesungguhnya dapat
merugikan diri sendiri, b) orang yang bersalah pada akhirnya menanggung rasa
bersalah secara berkepanjangan, c) tumbuhnya permusuhan dan kebencian.
Kekurangjujuran atau ketidakberanian mengakui kesalahan dapat menjadikan hati
nurani tumpul yang mengakibatkan kesalahan apapun dianggap biasa, akhirnya lama
kelamaan kesalahan besarpun termasuk yang merugikan orang lain akan dianggap
biasa pula. Meminta maaf atau memberi pengampunan, sesungguhnya dapat
menguntungkan, baik bagi yang bersalah maupun bagi orang yang telah dirugikan.
Dengan mau mengampuni, ataupun mau meminta maaf, akan dapat menjadikan hati
kita tenang, tenteram, damai, jauh dari segala permusuhan dan dendam, bahkan
dengan memaafkan atau meminta maaf, hubungan kita dengan sesama dan dengan
Tuhan akan tetap terjalin dengan harmonis dan menyenangkan.
Yesus adalah pribadi yang selalu hadir dengan
kasih-Nya yang tidak terbatas. Yesus mengasihi orang lain tanpa membedakan dan
kasih-Nya tertuju kepada siapapun termasuk kepada kaum pendosa. Kepada setiap
pendosa yang bertobat, Yesus selalu membukakan pintu maaf dan pengampunan,
bahkan Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk selalu mengampuni tanpa batas,
seperti diungkapkan dalam Matius 18: 21-22
yaitu mengampuni bukan hanya sampai tujuh kali tetapi tujuh puluh kali
tujuh kali. Dalam Yohanes 8: 2-11, Yesus telah mengajarkan kepada orang-orang
dizaman-Nya bahwa setiap orang tidak ada yang sempurna. Setiap orang pasti
pernah melakukan kesalahan dan untuk itu setiap orang diharapkan tidak
cepat-cepat melakukan penghakiman kepada sesamanya. Kepada perempuan yang
berdosa, Yesus tidak bersikap mengadili, tetapi memberi kesempatan kepada
perempuan tersebut untuk berubah dan tidak melakukan dosa lagi. Pewartaan Yesus
yang tidak hanya dalam kata-kata tetapi terlebih dalam keteladanan hidup-Nya
inilah yang hendaknya kita teladani dengan mengasihi orang lain tanpa batas dan
berusaha untuk membarikan pengampunan pada orang yang bersalah serta berusaha
untuk secepatnya memohon maaf jika kita sendiri telah melakukan suatu
kesalahan.
0 comments:
Post a Comment