KOMPETENSI DASAR
Para
siswa mengenal Yesus yang datang untuk mewartakan dan memperjuangkan Kerajaan
Allah. Maka, para siswa diharapkan merasa terpanggil untuk berjuang bersama
Yesus.
TUJUAN PEMBELAJARAN
Pada akhir
pelajaran, saya dapat:
1. menjelaskan
kaitan antara pewartaan dan tindakan Yesus dalam mewartakan Kerajaan Allah;
2. menjelaskan
mengapa Yesus mewartakan Kerajaan Allah lewat perumpamaan-perumpamaan;
3. menjelaskan
pokok-pokok pewartaan Yesus dalam perumpamaan;
4. menjelaskan
tindakan-tindakan Yesus dalam hubungan dengan Kerajaan Allah;
5. menjelaskan
mukjizat-mukjizat Yesus dalam hubungan dengan Kerajaan Allah;
6. menyimpulkan
pewartaan Yesus dalam hubungan dengan uang/harta, kekuasaan, dan solidaritas.
PENDAHULUAN
Kaum remaja adalah kaum idealis. Perjuangan Yesus membangun Kerajaan Allah
kiranya sesuai dengan cita-cita remaja. Yesus memperjuangkan Kerajaan Allah
dengan perkataan dan perbuatan. Perkataan dan perbuatan dalam hidup Yesus
merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan (lih. Mat 11: 5-6; bdk.
Luk 11: 5-6). Perkataan atau sabda Yesus menjelaskan atau menerangkan
perbuatan-perbuatan Yesus supaya perbuatan itu dapat ditangkap maksudnya.
Perbuatan Yesus mewujudnyatakan perkataan-Nya, sehingga kata-kata Yesus
bukanlah kata-kata kosong tetapi kata-kata penuh kuasa dan arti. Pewartaan dan
perjuangan Yesus melalui perkataan (terutama perumpamaan) dan perbuatan-Nya
(terutama Mukjizat-Nya).
Yesus mewartakan rahasia Kerajaan Allah sering kali dengan
perumpamaan-perumpamaan. Hal ini dimaksudkan supaya orang selalu ingat dan
dapat mengambil makna Kerajaan Allah bagi hidupnya. Perumpamaan-perumpamaan
membuat orang berpikir dan tersapa, kemudian menerapkannya di dalam hidup.
Supaya manusia selalu ingat bahwa Allah perlu merajai hatinya, maka Yesus
mewariskan perumpamaan-perumpamaan tentang Kerajaan Allah sebagaimana terdapat
dalam Injil.
Yesus pun mewartakan Kerajaan Allah dengan perbuatan-perbuatan, antara lain
melalui mukjizat-mukjizat-Nya. Seluruh mukjizat Yesus selalu dihubungkan dengan
Kerajaan Allah yang Dia wartakan. Yesus tidak pernah mau membuat mukjizat, jika
tidak berkaitan dengan Kerajaan Allah.
MATERI PENJELASAN
A. Perumpamaan-Perumpamaan Yesus tentang Kerajaan Allah
Dalam mewartakan Kerajaan Allah, Yesus kerap kali memakai perumpamaan, yaitu
cerita yang diambil dari kehidupan sehari-hari untuk menyampaikan suatu
kebenaran, khususnya tentang Kerajaan Allah. Dengan perumpamaan itu, para
pendengar lebih mudah menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh Yesus.
Perumpamaan membuat orang tertantang untuk mencari dan menemukan pesan yang
berkaitan dengan Kerajaan Allah. Perumpamaan-perumpamaan Yesus mengenai
Kerajaan Allah mau menyampaikan hal-hal berikut:
1. Kerajaan Allah Sudah Dekat
Yesus mewartakan bahwa
Kerajaan Allah sudah dekat, bahkan sudah datang, terutama dalam diri Yesus.
Ketika Yesus berkeliling Palestina untuk mewartakan Kabar Baik, sebenarnya
Kerajaan Allah mulai tampak di tengah-tengah umat-Nya (lih. Luk 10:
23-24).
Pewartaan Kerajaan Allah yang sudah dekat itu terungkap dalam perumpamaan
tentang Pohon Ara (lih. Mrk 13: 28-32). Dekatnya Kerajaan Allah membawa
nada ancaman dalam perumpamaan tentang orang yang menghadap hakim (lih.
Luk 12: 57-58) untuk menuntut kembali pinjaman dari orang yang berhutang
kepadanya. Maksud Yesus adalah: Kita sekalian adalah orang yang berhutang
(berdosa), maka harus segera membereskan perkara itu (bertobat) supaya jangan
terlambat; penghakiman terakhir sudah diambang pintu.
Berdekatan dengan perumpamaan tentang pohon ara adalah perumpamaan tentang
bendahara yang tidak jujur (lih. Luk 16: 1-8). Perumpamaan ini antara
lain mau mengatakan bahwa orang harus cerdik, sebab Kerajaan Allah sudah
diambang pintu untuk mengadakan pertanggungjawaban. Dekatnya Kerajaan Allah
berarti juga dekatnya penghakiman Allah.
Perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah (lih. Luk 13: 6-9)
mau menggambarkan bahwa Allah itu sesungguhnya sabar, tetapi jika pada waktunya
orang tidak menghasilkan buah pertobatan (bdk. Luk 3: 8-9), maka
penghakiman akan mendatangi orang itu.
Penghakiman Allah akan datang secara tiba-tiba dan tidak disangka-sangka (lih.
Mat 24: 50). Hal ini diilustrasikan dalam perumpamaan tentang pencuri yang
datang pada waktu malam di saat yang tidak diketahui (lih. Mat 24:
43-44). Kedatangan Kerajaan Allah dan penghakiman yang tidak tersangka-sangka
itu terungkap dalam perumpamaan tentang gadis yang bijaksana dan gadis yang
bodoh (lih. Mat 24: 1-13)
2. Kerajaan Allah berarti Allah Mulai
Memerintah
Kerajaan Allah berarti Allah yang memerintah sebagai raja. Allah yang
memerintah dilukiskan oleh Yesus sebagai Bapa. Allah itu sungguh-sungguh Bapa
yang baik hati dan suka mengampuni. Dalam perumpamaan domba yang hilang (lih.
Luk 15: 3-7), Yesus menggambarkan Allah yang suka mengampuni. Dalam perumpamaan
orang-orang upahan di kebun anggur (lih. Mat 20: 1-5), Allah digambarkan
sebagai “Bapa keluarga” yang baik hati terhadap orang-orang yang tidak berjasa.
Orang yang dimaksud adalah “pemungut cukai, pelacur, dan orang berdosa” yang
bertobat dan atas dasar kebaikan Allah menerima pemerintahan-Nya.
Dalam perumpamaan anak yang hilang atau Bapa yang mengasihi anak yang
hilang (lih. Luk 15: 11-32) mau menunjukkan balas kasih dan kasih Allah
terhadap orang berdosa dan sukacita-Nya karena mereka bertobat. Perumpamaan ini
juga sekaligus berisi kritik terhadap orang Farisi (yang dilambangkan anak yang
sulung) yang membanggakan jasanya, tetapi tidak mengerti sikap hati Bapa.
Ketiga perumpamaan dalam Luk 15: 1-32 (domba yang hilang, dirham yang hilang,
dan anak yang hilang) mau menekankan sukacita Allah yang menyambut orang
berdosa yang bertobat ke dalam Kerajaan-Nya.
3. Kerajaan
Allah menuntut sikap pasrah (iman) manusia kepada Allah
Allah meraja dengan kasih. Oleh sebab itu, manusia dituntut sikap pasrah,
dan sikap iman kepada Allah. Allah menjadi harapan, sandaran, dan andalan bagi
manusia. Manusia tidak boleh mengandalkan hal-hal lain, seperti harta,
kekuasaan, bahkan dirinya sendiri.
Yesus menentang orang-orang Farisi karena mereka terlalu mengandalkan
jasa-jasa dan kekuatan diri mereka. Yesus memuji orang-orang miskin dan
menderita sebagai yang “berbahagia”, karena dalam kemiskinannya itu mereka
hanya mengandalkan Allah dan mempercayakan diri pada Allah. Yesus tentu saja
tidak mendukung kemiskinan, bahkan Ia memperjuangkan kesejahteraan lahir batin
bagi umat. Yesus mengecam ketidakadilan yang dilakukan oleh para petinggi
pemerintahan dan agama.
Yesus tidak menyapa berbahagia kepada orang-orang yang saleh dan taat pada
Taurat seperti kaum Farisi, sebab mereka mengandalkan dirinya sendiri. Yesus
menyapa orang miskin dan menderita, sebab mereka hanya mengandalkan Allah. Baca
perumpamaan Yesus tentang orang Farisi dan pemungut cukai yang berdoa di Bait
Allah (Luk 18: 9-14).
4. Kerajaan Allah itu Suatu Karunia
Kerajaan Allah adalah karunia dari Allah, bukan hanya jasa manusia. Dengan
kata lain, pemerintahan Allah tidak ditegakkan atau diwujudkan hanya oleh daya
upaya manusia. Kerajaan Allah sebagai karunia Allah ini diilustrasikan dalam
perumpamaan “benih yang tumbuh” (Mrk 4: 26-29); “ragi” (Mat 13: 33 dst), “biji
sesawi” (Mat 13: 31-32), dan “penabur” (Mrk 4: 1-9).
Titik perbandingan dalam perumpamaan-perumpamaan tersebut terletak pada
keajaiban bahwa “benih” itu tumbuh, menjadi pohon besar, dan menghasilkan buah
berlimpah, walaupun banyak rintangan. Demikianlah juga tentang Kerajaan Allah,
biarpun banyak rintangannya (penabur), Kerajaan Allah dengan kekuatannya
sendiri (benih dan ragi) akan diwujudkan dan menghasilkan buah berlimpah.
Kerajaan Allah sebagai karunia Allah harus diperjuangkan dan dikembangkan
oleh manusia sebagai nilai yang paling tinggi. Karena itu, manusia yang telah
memperolehnya patut bergembira dan bersedia memperjuangkan dan mengembangkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini diilustrasikan dalam perumpamaan tentang
“harta yang terpendam dan mutiara yang berharga” (Mat 13: 44-46). Fokus
perumpamaan ini terletak dalam ayat 44 yaitu kegembiraan menemukan “harta
terpendam”. Dengan usaha yang tidak mengenal lelah, akhirnyra harta itu ditemukan
sehingga mendatangkan kegembiraan luar biasa bagi yang empunya. “Harta
terpendam” ini menggambarkan sesuatu yang sangat bernilai, yakni Kerajaan
Allah. Orang dengan gembira hati mengorbankan segala sesuatu demi Kerajaan
Allah yang paling berharga dan bernilai.
B. Perbuatan-Perbuatan Yesus dalam Membangun Kerajaan Allah
Yesus memaklumkan dan memperjuangkan Kerajaan Allah dengan perkataan dan
perbuatan. Perkataan dan perbuatan tersebut dalam hidup Yesus merupakan suatu
kesatuan yang tidak terpisahkan (lih. Mat 11: 4-6). Perkataan atau sabda
Yesus menjelaskan atau menerangkan perbuatan-perbuatan Yesus supaya perbuatan
itu dapat ditangkap maksudnya, sedangkan perbuatan-perbuatan mewujud-nyatakan
perkataan-perkataan Yesus, sehingga kata-kata Yesus bukanlah kata-kata kosong,
tetapi kata-kata yang penuh kuasa dan arti. Maka dalam kesempatan ini akan
dijelaskan perjuangan Yesus melalui perbuatan.
1. Yesus Mengadakan Mukjizat-Mukjizat
Yesus mewartakan Kerajaan Allah tidak hanya dengan sabda-sabda-Nya, tetapi
juga melalui mukjizat-mukjizat. Mukjizat yang dimaksudkan adalah kejadian atau
perbuatan luar biasa yang bagi orang percaya menangkapnya sebagai pernyataan
kekuasaan Allah Penyelamat. Dengan mukzijat itu, Allah menyatakan kekuasaan
penyelamatan-Nya.
Mukjizat adalah hanya sebagai tanda bagi orang yang percaya, yaitu tanda
kemurahan hati Tuhan (Yesus), sedangkan bagi yang tidak percaya adalah suatu
pertanyaan. Mukjizat-mukjizat Yesus itu mau menunjukkan:
·
Yesus menghubungkan
mukjizat-mukjizat-Nya dengan pemberitaan tentang Kerajaan Allah. Di luar itu,
Yesus tidak pernah membuat mukjizat. Itulah sebabnya, Yesus menolak membuat
tanda/mukzijat di hadapan pejabat atau orang banyak untuk melegitimasikan
diri-Nya sebagai yang berasal dari Allah (Mat 16: 1; Luk 11: 16-29).
·
Dasar dan motif mengadakan mukjizat
adalah pemberitaan tentang Kerajaan Allah. Pemberitaan tentang Kerajaan Allah
hanya ditujukan kepada orang miskin dan tertindas. Karena itu,
mukjizat-mukjizat Yesus justru tertuju kepada orang yang malang, sakit dan di
bawah kuasa kejahatan. Mukjizat-mukjizat itu menyatakan bahwa Kerajaan Allah
yang diwartakan Yesus dan yang membebaskan orang dari kuasa jahat, benar-benar
bagi mereka.
·
Mukjizat-mukjizat Yesus mempunyai arti
mesianis. Artinya, mukjizat-mukjizat Yesus mau menunjukkan bahwa Yesus adalah
Mesias yang dinanti-nantikan. Mukjizat-mukjizat yang dikerjakan Yesus merupakan
tanda dari Kerajaan Allah yang sudah datang. Melalui penyembuhan orang sakit
dan pengusiran roh-roh jahat menjadi nyata bahwa zaman Mesias sudah dimulai.
Hal ini juga menjadi jelas ketika Yohanes bertanya apakah Yesus adalah Mesias
yang dinantikan. Yesus memberi jawaban dengan berkata: “Pergilah dan katakanlah
kepada Yohanes apa yang kamu lihat dan kamu dengan: Orang buta melihat, orang
bisu mendengar, orang mati dibangkitkan, orang kusta menjadi lahir dan kepada
orang miskin diberitakan kabar baik” (Mat 11: 4-5).
·
Mukjizat-mukjizat Yesus menyatakan
solidaritas Allah dengan manusia yang miskin dan menderita serta kerasukan roh
jahat. Allah menyatakan diri setia kawan dengan orang yang sakit dan kerasukan
setan. Dengan demikian, mukjizat Yesus juga menjadi tanda bahwa Yesus datang
untuk menampakkan kebaikan hati Allah, supaya yang menderita tidak menderita,
supaya yang di bawah kuasa setan dibebaskan, dan yang sakit disembuhkan.
2. Yesus
Bergaul dengan Semua Orang: Tanda cinta-Nya yang Universal
Yesus dekat dengan semua orang, maka Ia juga sangat terbuka terhadap semua
orang. Ia bergaul dengan semua orang. Ia tidak mengkotak-kotakkan dan membuat
kelas-kelas di antara manusia. Yesus tidak pernah hanya dekat sekelompok orang
dan menyingkirkan kelompok yang lainnya. Yesus akrab dengan semua orang (lih.
Yoh 7: 42-52) dan penguasa, bahkan penjajah (lih. Mrk 7: 1-10) yang
beritikad baik. Yesus pun akrab dengan para pegawai pajak yang korup (lih.
Luk 19: 1-10), dengan wanita tuna susila (lih. Luk 7: 36-50) dan para
penderita penyakit berbahaya yang dikucilkan.
Pergaulan Yesus dengan orang-orang yang berdosa dan najis sering dipandang
oleh kaum Farisi amat tidak sesuai dengan adat sopan santun dan peraturan agama
yang berlaku pada saat itu.
3. Yesus
Membebaskan Orang-Orang dari Beban Legalisme
Yesus sering dikecam oleh lawan-lawannya sebagai orang yang suka berpesta
pora, suka makan dan minum, tidak berpuasa, dan tidak menghiraukan banyak ketentuan
hukum Taurat lainnya.
Yesus memaklumkan bahwa Allah itu Pembebas. Allah ingin memungkinkan
manusia mengembangkan diri secara lebih utuh dan penuh. Segala hukum,
peraturan, dan perintah harus diabdikan kepada tujuan memerdekaan manusia.
Maksud terdalam setiap hukum adalah membebaskan (atau menghindarkan) manusia
dari segala sesuatu yang dapat menghalangi manusia berbuat baik. Begitu pula,
tujuan hukum Taurat.
Sikap Yesus terhadap hukum Taurat dapat diringkaskan dengan mengatakan
bahwa Yesus selalu memandang hukum Taurat dalam terang hukum kasih. Yesus
menolak hukum Taurat yang sudah dimanipulasi dan ditafsirkan secara keliru.
4. Yesus Memanggil
Pengikut-pengikut-Nya
Untuk mewartakan Kerajaan Allah, Yesus memanggil dan mengutus
murid-murid-Nya. Mereka dituntut memiliki keterlibatan yang radikal.
Orang-orang yang dipanggil Yesus harus: (1) segera meninggalkan segala-galanya;
(2) belajar dan hidup dekat dengan Yesus; (3) siap diutus; dan (4) siap
menderita.
C. Mendalami Beberapa Nilai Utama dalam Kerajaan Allah
1. Uang/Harta dan Kerajaan Allah
Uang, harta, dan kekayaan pasti mempunyai nilai, maka kita harus berusaha
untuk memilikinya. Namun, kita yang harus menguasai harta, bukan harta yang
menguasai kita. Uang, harta, dan kekayaan tidak boleh dimutlakkan, sehingga
menghalangi kita untuk mencapai nilai-nilai yang lebih luhur, yakni Kerajaan
Allah. Jika kita hanya terobsesi dan bernafsu untuk mengutamakan kekayaan, maka
kita sudah mendewakan harta.
Nafsu (ambisi) untuk mengumpulkan uang atau kekayaan agaknya bertentangan
dengan usaha mencari Kerajaan Allah. Betapa sulitnya orang kaya masuk dalam
Kerajaan Allah, seperti halnya seekor unta masuk ke dalam lubang jarum (bdk.
Mrk 10: 25). Maksudnya, Yesus mendorong agar orang tidak terbelenggu uang/harta
dan kekayaan. Yesus mendorong agar orang kaya memiliki semangat solidaritas
terhadap orang miskin dan menderita dan suka membatu mereka dengan
kekayaannya..
Yang dituntut oleh Yesus bukan hanya sekedar derma, melainkan usaha nyata
dari orang kaya untuk membebaskan orang dari kemiskinan dan penderitaan.
2. Kekuasaan dan Kerajaan Allah
Kekuasaan itu sangat bernilai. Namun, orang tidak boleh memutlakkannya
sehingga usaha kita membangun Kerajaan Allah terhalang. Ada dua cara yang
sangat berbeda dalam mengerti dan melaksanakan kekuasaan. Yang satu adalah
penguasaan yang lain adalah pelayanan. Kekuasaan dalam Kerajaan Allah tidak
mementingkan diri sendiri dan kelompoknya.
Kebanyakan pemimpin Yahudi (imam-imam kepala, tua-tua, ahli kitab, dan
orang Farisi) kebanyakan adalah penindas. Kekuasaan sering membuat mereka
menguasai dan menindas orang lain (terlebih yang lemah) dengan memanipulasi
hukum Taurat.
Yesus tidak menentang hukum Taurat sebagai hukum. Tetapi, Yesus menentang
cara orang menggunakan hukum dan sikap mereka terhadap hukum. Para ahli kitab
dan orang-orang farisi telah menjadikan hukum sebagai beban, padahal seharusnya
merupakan pelayanan (bdk. Mat 23: 4; Mrk 2: 27). Yesus juga menolak
setiap hukum dan penafsiran yang digunakan untuk menindas orang. Menurut Yesus,
hukum harus berciri pelayanan, belas kasih, dan cinta. Dalam Kerajaan Allah,
kekuasaan, wewenang, dan hukum melulu fungsional.
3. Kehormatan/Gengsi
dan Kerajaan Allah
Kehormatan atau gengsi adalah nilai yang sangat dipertahankan orang. Gengsi
dan kedudukan sering dianggap lebih penting daripada segala sesuatu. Orang akan
memilih bunuh diri atau berkelahi sampai mati daripada kehilangan gengsi atau
harga dirinya. Kedudukan dan gengsi/harga diri sering didasarkan pada
keturunan, kekayaan, kekuasaan, pendidikan, dan keutamaan. Akibat adanya gengsi
dan kedudukan inilah masyarakat dapat terpecah-pecah di dalam
kelompok-kelompok. Ada kelompok yang memiliki status sosial tinggi dan ada
kelompok yang memiliki status sosial rendah. Sebenarnya, siapa saja yang begitu
lekat pada gengsi dan harga diri tidak sesuai dengan nilai-nilai Kerajaan Allah
yang dicanangkan oleh Yesus.
Yesus mengatakan: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga (Allah)? Aku
berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti
anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga” (Mat 18: 1-4).
Anak adalah perumpamaan mengenai “kerendahan” sebagai lawan dari kebesaran,
status, gengsi, dan harga diri. Ini tidak berarti bahwa hanya orang-orang dalam
kelas tertentu yang akan diterima dalam Kerajaan Allah. Setiap orang dapat
masuk ke dalamnya jika ia mau berubah dan menjadi seperti anak kecil (Mat 18:
3), menjadikan dirinya kecil seperti anak-anak kecil (Mat 18: 4).
Kerajaan yang diwartakan dan dikehendaki oleh Yesus adalah suatu masyarakat
yang tidak membeda-bedakan lebih rendah atau lebih tinggi. Setiap orang akan
dicintai dan dihormati, bukan karena pendidikan, kekayaan, asal usul, kekuasaan,
status, keutamaan, atau keberhasilan-keberhasilan lain, tetapi karena ia adalah
pribadi yang diciptakan Allah sebagai citra-Nya.
4. Solidaritas dan Kerajaan Allah.
Perbedaan pokok kerajaan dunia dan Kerajaan Allah bukan karena keduanya
mempunyai bentuk solidaritas yang berbeda. Kerajaan dunia sering dilandaskan
pada solidaritas kelompok yang eksklusif (suku, agama, ras, keluarga, dsb.) dan
demi kepentingan sendiri. Sedangkan Kerajaan Allah dilandasi solidaritas yang
mencakup semua umat manusia. “Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesama
manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: kasihilah musuhmu
dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu” (Mat 5: 43-44). Dalam kutipan
ini, Yesus memperluas pengertian “saudara”. Saudara tidak hanya teman, tetapi
juga mencakup musuh: “Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang
membenci kamu; mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu, berdoalah untuk
orang yang mencaci kamu” (Luk 6: 27-28). “Dan jika kamu mengasihi orang yang
mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga
orang-orang yang mengasihi mereka” (Luk 6: 32).
Solidaritas kelompok (mengasihi orang yang mengasihi kamu) bukanlah
solidaritas menurut Yesus. Solidaritas yang dikehendaki oleh Yesus adalah
solidaritas terhadap semua orang tanpa memandang bulu, termasuk juga musuh.
Jika sudah menguasai pelajaran dan siap UNTUK EVALUASI KLICK DI SINI
makasih ya, berguna sekali
ReplyDeleteterima kasih ini sangat berguna untuk dipelajari
ReplyDeleteterimakasih...sangat berguna...mantap
ReplyDelete